Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 18:47 WIB | Kamis, 26 Februari 2015

1.000 Keluarga Kristen Asyur Kabur Setelah Warga Diculik

Orang Kristen Asyur sedang berdoa di Mardin, wilayah tenggara Turki. (Foto: AFP)

SURIAH, SATUHARAPAN.COM – Penculikan sekitar 100 orang Kristen Asyur oleh kelompok militan Negara Islam (NIIS) di Suriah membuat hampir 1.000 keluarga sekampung mereka melarikan diri dari rumah. Apalagi, setelah ada pernyataan dari Washington DC yang bersumpah mengalahkan kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi ini.

Assyrian Human Rights Network (AHRN)—organisasi pembela HAM orang Asyur—yang berpusat di Swedia melaporkan bahwa keluarga-keluarga itu meninggalkan desa-desa di provinsi timur laut Hasakeh sejak terjadi penculikan, Senin (23/2).

Sekitar 800 dari mereka telah mengungsi ke kota Hasakeh dan 150 keluarga di Qamishli, kota Kurdi di perbatasan Turki, AHRN melaporkan. Mereka menambahkan bahwa jumlah pengungsi sekitar 5.000.

Sebagian besar yang diculik NIIS—dikenal juga dengan ISIS—adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua.

Amerika Serikat dan PBB mengecam penculikan massal ini—pertama kali di negara yang dilanda perang ini. PBB dan AS menuntut pembebasan para sandera.

“Target terbaru ISIS kelompok minoritas agama hanya bukti lebih lanjut untuk perlakuan brutal dan tidak manusiawi kepada mereka yang tidak setuju dengan keyakinan mereka,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki.

Komentarnya itu diamini oleh juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Bernadette Meehan. “Masyarakat internasional berdiri bersatu dan tidak terpengaruh dalam tekad untuk mengakhiri kebejatan ISIS itu. Amerika Serikat akan terus memimpin perjuangan untuk mengalahkan ISIS.”

Dewan Keamanan PBB juga mengecam penculikan, menuntut para sandera segera dan tanpa syarat.

Osama Edward, direktur AHRN, mengatakan dia yakin penculikan itu terkait dengan kekalahan baru-baru ini para jihadis saat menghadapi serangan udara pimpinan AS terhadap NIIS yang dimulai di Suriah pada September.

“Mereka mengambil sandera untuk menggunakannya sebagai perisai manusia,” katanya kepada AFP.

Jihadis yang melawan pejuang Kurdi mungkin berusaha bertukar Asyur dengan pejuang NIIS yang ada dalam tahanan, katanya.

Tujuan mereka adalah untuk mengambil desa Kristen Asyur Tal Tamer, dekat jembatan yang menghubungkan Suriah ke Irak, katanya.

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pejuang Kurdi merebut kembali tiga desa Asyur dan desa Arab di dekatnya Rabu (25/2).

“Kelompok bernama Unit Perlindungan Rakyat (YPG) telah merebut Tal Shamiran, Tal Masri, Tal Hermel dan Ghbeish,” kata direktur Observatorium Rami Abdel Rahman.

Namun pertempuran berlanjut, ia menambahkan. Di Tal Shamiran, para jihadis membakar gereja.

Dan di desa Arab Ghbeish, NIIS memenggal empat orang, dan membakar rumah-rumah dan sekolah. Mereka menuduh penduduk desa “berkolaborasi” dengan pejuang Kurdi.

NIIS yang juga menguasai sejumlah bagian wilayah Irak, tahun lalu menyatakan diri sebagai sebuah kekhalifahan di daerah yang dikuasai dan telah melakukan kekejaman luas.

Asyur, salah satu komunitas Kristen tertua di dunia, telah berada di bawah ancaman yang terus meningkat sejak NIIS menguasai sebagian besar Suriah.

Pekan lalu, cabang NIIS di Libya merilis video yang menunjukkan pemenggalan 21 Kristen Koptik, sebagian besar Mesir.

Edward, yang berasal dari daerah provinsi Hasakeh rumah bagi 35 keluarga warga Asyur, mengatakan jihadis masuk ke rumah di malam hari saat orang-orang tidur. Para sandera itu kemudian dibawa ke Shaddadi, markas cabang NIIS.

Para jihadis telah mengintimidasi penduduk desa selama berminggu-minggu, katanya, termasuk mengancam untuk menghapus salib dari gereja-gereja mereka.

“Orang-orang mengharapkan serangan, tetapi tentara Suriah, yang hanya 30 kilometer dari sana, atau pasukan Kurdi atau koalisi dipimpin AS tidak melindungi mereka,” kata Edward.

Di Washington, Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan Amerika Serikat dan Iran memiliki “kepentingan bersama” dalam mengalahkan NIIS. Namun, karena mereka lama bermusuhan sehingga tidak bekerja sama untuk mengalahkan NIIS.

“Mereka, Iran, benar-benar menentang ISIS dan mereka sebenarnya mengalahkan anggota ISIS di sepanjang perbatasan Irak dekat Iran. Dan, mereka memiliki keprihatinan serius tentang apa yang akan dilakukan ke wilayah tersebut,” kata Kerry kepada anggota parlemen AS.

“Jadi kita memiliki setidaknya kepentingan bersama, walaupun bukan upaya kerja sama.”

Kerry, yang telah penting untuk dorongan Washington untuk mencapai kesepakatan untuk mengekang ambisi nuklir Iran, mengatakan Amerika Serikat tidak meminta Teheran untuk terlibat dalam memerangi IS.

Sementara itu, Uskup Agung Katolik Suriah Hasakeh-Nisibi menuduh Turki yang mengizinkan jihadis penganiaya orang Kristen Suriah menyeberangi perbatasan. Namun, Turki mencegah orang Kristen melarikan diri.

“Di utara, Turki mengizinkan truk NIIS yang berisi minyak, gandum dan kapas yang dicuri dari Suriah menyeberangi perbatasan. Namun, tapi tidak ada komunitas Kristen yang bisa melewati perbatasan,” kata Jacques Behnan Hindo.

Ada 30.000 Asyur di Suriah sebelum perang saudara di negara itu meletus pada tahun 2011. Pada saat itu Suriah memiliki populasi Kristen diperkirakan sekitar 1,2 juta.

Dalam perkembangan lain, seorang Australia yang telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan Kurdi tewas di Hasakeh, orang Barat pertama yang mati berjuang dalam barisan mereka, kata Observatorium Abdel Rahman.

Dan tiga warga New York ditahan karena merencanakan untuk bergabung jihad di Suriah, dua di antaranya mengancam akan melakukan serangan di Amerika Serikat, kata para pejabat. (english.ahram.org.eg)

Baca juga:


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home