Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 23:36 WIB | Jumat, 13 Juli 2018

"101" Sejinjang dalam Reportase Hitam Putih

"101" Sejinjang dalam Reportase Hitam Putih
Pameran “Dari Kasang sampai Sejinjang – 101” di Miracle Prints, Jalan Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta 13-27 Juli 2018. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
"101" Sejinjang dalam Reportase Hitam Putih
Syahrizal Pahlevi (kaos merah) memberikan penjelasan proses karya kepada Heri Dono (kacamata) dalam pembukaan pameran “Dari Kasang sampai Sejinjang – 101”, Jumat (13/7).

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Syahrizal Pahlevi kembali melukis, itulah yang dapat ditangkap satuharapan.com saat berkunjung ke Miracle prints, Senin (9/7) sore. Lebih dari seratusan lukisan dalam dua ukuran: 20 cm x 33 cm dan 20,5 cm x 27 cm sedang dipersiapkan untuk didisplay.

Levi mengakui bahwa ide membuat sebagian besar seri lukisan didorong hasrat untuk mendokumentasikan perjalanan selama pulang kampung dalam rangka lebaran Idul Fitri 1439 H mengenal dan menggali kembali akar budayanya: Kota Jambi dan Palembang.

"Tiba-tiba muncul kerinduan untuk melukis. Sesuatu yang sudah hampir delapan tahun lebih tidak saya lakukan. Selama ini saya lebih banyak membuat sketsa dan karya grafis," jelas Levi pada satuharapan.com.

Tanpa persiapan sebelumnya, Levi melakukan reportase perjalanan di sekitar Kota Jambi Timur dalam bentuk sketsa dan lukisan. Bukan perkara mudah mencari medium dan material lukisan di Kota Jambi terlebih pada masa liburan lebaran. Pilihannya jatuh pada kertas karton duplex menggantikan medium kanvas sementara cat memanfaatkan yang ada: tinta cina/bak dan akrilik. Selama hampir dua minggu menyusuri tepian sungai Batanghari antara Kasang-Sejinjang, Levi seorang diri melakukan painting on the spots. Banyak kisah terekam dalam karya lukisan hitam-putihnya.

"Saya mencoba beberapa goresan dengan warna lain, namun justru yang lebih menarik bagi saya adalah rona hitam-putih dan gradasi warnanya. Bukan untuk menumbuhkan kesan nostalgia ataupun kuna, namun kesan dan tangkapan dalam warna hitam-putih itulah yang terekam dalam ingatan saya. Sebuah kota dengan bangunan tua yang banyak ditinggalkan penghuninya." jelas Levi. Lukisan yang kasar dengan goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja, mungkin akan membawa ingatan pada karya-karya S. Sudjojono.

Bangunan ruko-ruko terlantar yang dialihfungsikan untuk usaha sarang burung walet, perjalanan Merak-Bakauheni, porselen antik China, Candi Muara Jambi, pemandangan sungai Batanghari beserta aktivitas masyarakat yang menangkap ikan menggunakan tangkul yang terbuat dari bambu dan batang pohon serta jaring menjadi obyek karya Levi.

Pameran “Dari Kasang sampai Sejinjang – 101” dibuka oleh pelukis Heri Dono di Miracle Prints, Jalan Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta, Jumat (13/7) sore. 

Pengambilan tajuk "101" memiliki banyak tafsir. Levi memajang sebanyak 100 karya painting on the spots-nya hasil dari reportase perjalanannya ditambah satu karya instalasi tentang proses melukisnya di Kasang-Sejinjang, Muara Jambi, dan Selat Sunda dalam lukisan beberapa potret S. Sudjojono yang akan dilakukan Levi selama pameran berlangsung. Karya instalasi ini menjadi menarik ketika mampu memberikan narasi-ilustrasi proses yang dilakukan Levi dengan keterbatasan medium-alat tanpa harus menghentikan ide yang sewaktu-waktu muncul.

"Saya pribadi tidak mengkategorikan ini sebagai drawing ataupun painting. Silakan ditafsirkan sendiri. Dalam satu kali proses saya bisa membuat sekaligus lebih dari empat karya dalam waktu yang bersamaan. Angle (sudut pandang-perspektif ruang) yang membedakan, sehingga pada satu spots bisa dihasilkan lebih dari satu karya." jelas Levi tentang karyanya yang banyak bercerita tentang landscape kota, bangunan tua serta candi.

Pelukis S. Sudjojono sendiri selalu memberikan inisial S.S.101 pada benda-benda pribadinya yang diambil dari nomor induk 101 saat menjadi siswa di  Teosofische Kweekschool Gunung Sari di Lembang-Bandung.

Sebenarnya tanpa embel-embel apapun, seratus karya lukisan reportase Syahrizal Pahlevi dalam warna monochrome hitam-putih terasa lebih kuat, memiliki kedalaman rasa, dan impresif dalam menarasikan sudut-sudut kota. Dalam dunia fotografi ada pemeo bahwa mereka yang mampu memotret hitam-putih dengan baik, hampir bisa dipastikan karya-karya fotografi lainnya pun menarik.  Dan pilihan yang menarik ketika Syahrizal Pahlevi mulai kembali melukis saat merekam ingatan perjalanannya pada kanvas dengan pilhan warna: hitam-putih.

Pameran “Dari Kasang sampai Sejinjang – 101” akan berlangsung di Miracle Prints, Jalan Suryodiningratan MJ II/853, Mantrijeron, Yogyakarta hingga 27 Juli 2018.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home