Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 17:01 WIB | Jumat, 19 Oktober 2018

1.500 Hasher dari 15 Negara Ramaikan Borobudur Interhash

Ilustrasi. Sejumlah hasher dari luar negeri berlari di jalanan Kota Magelang saat Red Dress Run dalam rangka Borobudur International Hash House Harriesh (Interhash) 2012 di Kota Magelang, Jateng, Kamis (24/5). Interhash yang berlangsung 24-27 Mei 2012 di wilayah Magelang dan Yogyakarta diikuti 4.500 peserta dari 50 negara. (Foto: Antaranews.com/Anis Efizudin)

MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 15 negara akan mengikuti Borubudur Interhash Reunion, yang berlangsung di Kota Magelang dan kawasan Borobudur pada 25-27 Oktober 2018, kata penggagas acara Liem Chei An.

Liem saat dihubungi di Magelang, Jumat (19/10), mengatakan negara yang sudah siap menerjunkan peserta, antara lain Malaysia, Australia, Filipina, Tiongkok, Jepang, Korea, dan Indonesia sebagai tuan rumah.

Ia mengatakan, kegiatan untuk memperingati ulang tahun ke-25 Magelang Hash House Harriers ini, diperkirakan 1.500 hasher  akan ambil bagian pada olahraga lintas alam dengan menelusuri track yang sudah diberi penunjuk jalan tersebut.

"Sebenarnya, kegiatan ini merupakan temu kangen para pencinta hash, yang pernah bertemu saat kami mengadakan Borobudur Interhash tahun 2012. Guna menyemarakkan acara reuni hasher ini, kami gelar orkestra simfoni dan red dress run,” katanya.

Olahraga hash di Indonesia memang tengah menggeliat. Keunikan dari lintas alam ini, peserta terkadang harus melintasi bukit, kebun, sungai dan bahkan hutan. Semua track ini harus ditempuh dengan berlari, berjalan, merangkak bahkan berguling karena licin.

Liem mengatakan, kegiatan yang melibatkan Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Jateng dan Magelang tersebut, dimulai dengan acara "red dress run" pada 26 Oktober 2018, dengan mengambil lokasi dari Gedung Bakorwil hingga Gedung Tri Bhakti Magelang. Kemudian pada 27 Oktober 2018 dilanjutkan ke kawasan Candi Borobudur.

Konseptor kegiatan Lukminto Wibowo mengatakan, misi Borobudur Interhash tidak hanya berolahraga, tetapi bagaimana melalui event tersebut pihaknya menjual Borobudur sebagai destinasi wisata internasional.

"Kami tidak ingin turis yang datang hanya melihat candi. Tetapi bagaimana mereka bisa turut menjadi 'agent of change' dalam memandang Borobudur sebagai wisata religi, ada ritual di sana. Sehingga ketika kembali ke negaranya, bisa melakukan gethok tular," kata GM Event Kompas ini.

Ia ingin penyelenggaraan ini bisa meninggalkan kesan mendalam bagi pesertanya, seperti gelaran tahun 2012. Dia mengapreasi langkah Liem Chie An yang juga Ketua Yayasan Borobudur Marathon yang dengan getol mengangkat Borobudur.

Melalui interhash dan marathon, katanya Borobudur bisa kembali memiliki daya pikat di mata internasional. (Antaranews.com)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home