Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:38 WIB | Kamis, 01 Desember 2016

18 Juta Orang Tidak Dapat Mengakses Pengobatan HIV

Ilustrasi. (Foto: ndtv.com)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM  -  Menurut laporan WHO, perkembangan tes HIV pada masyarakat masih sangat kurang, dan ini menjadi kendala utama bagi orang yang terinfeksi HIV mendapatkan pengobatan antiretroviral (ART). Laporan tersebut mengungkapkan, bahwa lebih dari 18 juta orang dengan HIV tidak dapat mengakses pengobatan HIV, bahkan mayoritas tidak menyadari status HIV mereka.

"Jutaan orang dengan HIV, masih belum memperoleh pengobatan, yang juga dapat mencegah penularan HIV kepada orang lain," kata Dr Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO, seperti dilansir situs who.int.

Ia mengatakan, tes HIV, dapat membuka pintu bagi lebih banyak orang untuk mengetahui status HIV mereka, dan mencari tahu bagaimana untuk mendapatkan akses layanan pencegahan dan pengobatan.

Tes HIV mandiri, menggunakan perangkat tes HIV mandiri yang untuk pertama kalinya diizinkan dipakai di Inggris, Skotlandia dan Wales pada tahun 2015 lalu. Alat ini memungkinkan seseorang melakukan tes di rumah dan mendapatkan hasilnya dalam 15 menit. Mereka dengan hasil positif disarankan untuk mencari tes konfirmasi di klinik kesehatan. WHO merekomendasikan segera berobat dan memperoleh rujukan cepat untuk layanan pencegahan, pengobatan dan perawatan.

Antara tahun 2005 dan 2015 proporsi orang dengan HIV meningkat dari 12 persen menjadi 60 persen secara global. Cakupan tes HIV yang masih rendah terdapat pada erbagai kelompok populasi. Yakni, pengobatan yang lebih rendah di antara laki-laki daripada perempuan. Sedangkan di Afrika Timur dan Selatan, jumlah gadis remaja dan perempuan muda, yang terinfeksi HIV delapan kali lebih tinggi daripada di pria, dan satu dari setiap lima anak perempuan (15-19 tahun) tidak menyadari status HIV mereka.

Pasangan dari 70 persen orang yang terinfeksi HIV, juga positif HIV, dan banyak dari pasangan mereka saat ini tidak memperoleh tes HIV.

Pedoman WHO baru merekomendasikan, agar orang yang terinfeksi HIV memberitahu pasangannya tentang status mereka, dan juga mendorong mereka untuk melakukan tes HIV mandiri.

"Dengan menawarkan tes HIV mandiri, kita bisa memberdayakan orang untuk mengetahui status HIV mereka sendiri, dan juga untuk memberitahukan pasangan mereka dan mendorong mereka untuk diuji juga," kata Dr Gottfried Hirnschall, Direktur WHO Departemen HIV.

Dua puluh tiga negara saat ini, memiliki kebijakan nasional yang mendukung tes HIV mandiri. Banyak negara-negara lain sedang mengembangkan kebijakan, tetapi implementasi skala luas HIV mandiri masih terbatas.

WHO mendukung distribusi bebas dari alat tes HIV mandiri, yang memungkinkan alat tes HIV tersebut dibeli dengan harga yang terjangkau.

WHO mendukung tiga negara di Afrika bagian selatan, yang sudah mulai melakukan tes HIV mandiri melalui proyek Self Testing Africa (STAR) UNITAID,dan lebih banyak negara yang juga mempertimbangkan pendekatan inovatif ini, untuk menjangkau mereka yang tertinggal.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home