21 Maret 2018, Hari Tanpa Bayangan

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ada fenomena alam menarik pada Rabu, 21 Maret 2018. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan hari itu sebagai Hari Nir-Bayangan, hari tanpa bayangan.

Lapan, di situs webnya, menjelaskan pada hari itu posisi matahari berada tepat di atas ekuator (khatulistiwa), yang mengakibatkan tidak adanya bayangan pada siang hari.

Bagi Indonesia yang terletak di garis ekuator, kejadian seperti ini tentu sangat menarik. Lapan, sepeti diberitakan rri.co.id, bahkan menambahkan fenomena itu berlangsung dua kali dalam setahun. Peristiwa berikutnya terjadi pada 23 September 2018.

Namun, peristiwa tersebut berlangsung di wilayah tertentu, tidak di seluruh Indonesia. Selain di Pontianak, yang dikenal sebagai Kota Khatulistiwa, peristiwa tersebut juga terjadi di kota-kota yang dilewati garis ekuator, serta kota-kota yang berada di antara 23,4 Lintang Selatan dan 23,4 Lintang Utara.

Menurut Lapan, pada 20 Maret 2018 pukul 23.15 WIB, Matahari akan tepat berada di atas ekuator. Peristiwa ini dikenal sebagai vernal equinox (vernus = musim semi, equus = sama, noct = malam) karena pada hari itu, durasi siang dan malam di seluruh dunia akan sama, yakni 12 jam.

Di daerah ekuator, misalnya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Matahari akan berada di atas kepala saat tengah hari vernal equinox sehingga sebuah tugu tegak akan tampak tanpa bayangan.

Pada 21 Maret 2018, Lapan menambahkan Matahari akan mencapai titik kulminasi pada pukul 11.50 WIB.

Setelah itu, Matahari akan turun perlahan hingga terbenam di titik barat sekitar enam jam kemudian. Fenomena serupa akan terjadi saat autumnal equinox (autumn = musim gugur), yakni pada 23 September 2018.

Berkaitan dengan fenomena alam tersebut, di Pontianak, Kalimantan Barat, diselenggarakan Festival Hari Nir Bayangan, yang berlangsung hingga 23 Maret 2018. Lapan berpartisipasi dalam festival tersebut. Selain ceramah edukasi, Lapan menggelar pameran dan planetarium mini.

Editor : Sotyati