Loading...
BUDAYA
Penulis: Putu Ayu Bertyna Lova 18:20 WIB | Rabu, 15 Mei 2013

22 Bullets: Film Aksi Sarat Pesan

22 Bullets: Film Aksi Sarat Pesan
Film 22 Bullets atau L’Immortel (dok: foto-foto Europe on Screen 2013)
22 Bullets: Film Aksi Sarat Pesan
Charly Mattei dan Anatole, sang putra
22 Bullets: Film Aksi Sarat Pesan
Charly Mattei setelah diberondong tembakan oleh orang tak dikenal
22 Bullets: Film Aksi Sarat Pesan
Cahrly Mattei dan Tony Zacchia, sang sahabat
22 Bullets: Film Aksi Sarat Pesan
Tony Zacchia dan anak buahnya

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Keluarga adalah harta paling berharga yang harus kita perjuangkan, karena merekalah sumber kebahagiaan sejati. Tapi keluarga bukan hanya terbentuk dari ikatan darah, tetapi  dari persahabatan dan kesetiaan, sekalipun iman kita berbeda. Pesan inilah yang ingin disampaikan oleh film yang berjudul 22 Bullets, atau L’Immortel dalam bahasa aslinya.

Film yang disutradarai oleh Ricard Berry ini merupakan film asing berbahasa Prancis. Diperankan dengan sangat baik oleh aktor dan aktris yang namanya sudah dikenal baik dalam industri film Prancis. Sang aktor utama adalah Jean Reno. Jean Reno adalah aktor Prancis berdarah Spanyol yang sudah membintangi beberapa film Hollywood yang cukup sukses, seperti Leon The Professional (1994), Ronin (1998), Godzilla (1998) dan The Da Vinci Code (2006) yang menjadi salah satu film kontroversial garapan Hollywood.

Walaupun dari segi tata suara dan perpaduan suara atau sound design and  mixing masih belum dapat disamakan dengan film-film internasional garapan Hollywood, film ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Kekuatan film ini justru terletak pada ide cerita. 22 Bullets terinspirasi oleh insiden pada tahun 1997. Saat itu seorang gangster Marseille dalam kehidupan nyata, yang bernama Jacques Imbert atau lebih dikenal dengan nama Mad Jacky, ditembak berkali-kali oleh rekan gangsternya, Tony Zampa. Meskipun ditembak berkali-kali, Jacky berhasil bertahan hidup. Insiden ini membuka mata sang sutradara. Berry menggabungkan kisah insiden tersebut dengan kisah yang diangkat dari buku yang berjudul L’Immortel, karya Franz Oliver Giesbert.

Film 22 Bullets menceritakan tentang seorang mantan Godfather gangster, yang bernama Charly Mattei. Charly tinggal bersama dengan ibunya, Stella (Catherine Samie) dan istrinya, Christelle (Fani Kalarova). Bersama dua anaknya, Eva (Josephine Berry), gadis remaja, anaknya dari istri yang telah meninggal, dan Anatole(Max Baissetette de Malglaive), putra kecilnya dari Christelle. Dalam melakukan pekerjaannya, Charly selalu ditemani dua orang anak buah nya yang setia, yang sudah dianggapnya sebagai keluarga. Karim (Moussa Maaskri), seorang muslim taat dan Pat (Lucie Phan) seorang wanita tangguh.

Suatu hari Charly dihadang oleh sekawanan pria tak dikenal di area parkir. Ia langsung diberondong oleh serentetan tembakan. Ajaibnya, ia selamat. Peluru yang berhasil diangkat dari tubuhnya berjumlah 22 buah. Charly berusaha mencari siapa yang mengirimkan kawanan itu dan menginginkan kematiannya. Setelah Charly mengetahui bahwa dalang dibalik semua itu adalah sahabatnya sendiri Tonny Zacchia (Kad Merad), ia mengurungkan niatnya membalas dendam. Namun, ketika Karim dibunuh oleh Tonny dengan cara yang kejam, Charly tidak bisa tinggal diam, ia sangat marah dan ingin menuntut balas.

Karena takut pada amarah Charly, Tonny dan anak buahnya menculik anak-anak Charly dan membunuh Pat yang ditugaskan melindungi mereka. Sementara Eva berhasil bebas, Anatole ditahan oleh mereka, dan terancam dibunuh. Perjuangan dan usaha Charly untuk menyelamatkan putranya, ditengah hadangan Kapten Polisi Marie Goldman (Marina Fois) yang menuduh ia bersalah atas sejumlah pembunuhan, adalah klimaks perjuangan Charly.

Yang patut digaris-bawahi dari film ini adalah sikap Charly yang tidak mau membunuh Tonny, sahabat yang telah mengkhianatinya. Bahkan ia memaafkan Martin Beaudinard (Jean Pierre Parroussin) yang ternyata adalah salah satu dari rombongan yang melancarkan serangan terhadap dirinya.

Film 22 Bullets merupakan salah satu film yang diputar dalam rangka memperingati Festival Film Eropa di Indonesia atau Europe on Screen 2013. Festival ini diadakan sebagai salah satu kegiatan dalam merayakan Hari Eropa yang jatuh setiap tanggal 9 Mei. Festival yang diadakan setiap tahun ini, berakhir tanggal 12 Mei 2013. Dan pemutaran film terakhir Headhunters, pukul 19.30, di Erasmus Huis, di Jakarta, juga merupakan Closing Ceremony.

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home