Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 02:50 WIB | Kamis, 05 Maret 2015

45.000 Warga Filipina Mengungsi saat Militer Memburu Pemberontak

45.000 Warga Filipina Mengungsi saat Militer Memburu Pemberontak
Komando polisi Filipina membawa peti mati rekan mereka yang jatuh dari pesawat C-130 tidak lama setelah tiba di sebuah pangkalan militer di Manila pada 29 Januari 2015. Sebuah prosesi panjang untuk membawa beberapa peti mati yang terbungkus bendera nasional tersebut menuju pesawat militer dilakukan ketika negara sedang berkabung setelah puluhan polisi terbunuh dalam operasi antiteror yang berakhir gagal. (Foto: AFP)
45.000 Warga Filipina Mengungsi saat Militer Memburu Pemberontak

MANILA, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 45.000 warga mengungsi dari rumah mereka di wilayah Filipina selatan yang kumuh saat militer memburu militan, termasuk buronan teroris berbahaya yang dicari Amerika Serikat (AS), ujar pihak berwenang pada Rabu (4/3).

Para tentara membunuh puluhan anggota Pejuang Kemerdekaan Islamis Bangsamoro (Bangsamoro Islamic Freedom Fighters atau BIFF), kelompok pemberontak yang memperjuangkan negara Muslim merdeka di wilayah selatan, sejak operasi itu dimulai pada bulan lalu, kata militer. 

Militer percaya anggota BIFF hanya tinggal 350 orang yang tersisa, namun tentara mungkin perlu waktu tambahan untuk menekan pemberontak.

Serangan itu, meliputi serangan artileri dan helikopter, terjadi di wilayah pertanian kumuh di pulau Mindanao, tempat pemberontak Muslim selama beberapa dekade berjuang untuk kemerdekaan.

Sekitar 45.000 orang yang tinggal di sebagian besar komunitas pertanian yang miskin sudah mengungsi, mengkhawatirkan meluasnya kekerasan, ujar Laisa Alamia yang menjabat sekretaris eksekutif wilayah pemerintahan khusus Muslim tempat pertempuran tersebut berkobar. 

Dia mengatakan para warga mengungsi ke kediaman kerabat atau berlindung di sekolah, balai kota dan tenda-tenda yang pemerintah gunakan sebagai pusat evakuasi.

“Mereka berdesak-desakan. Tempat penampungan itu kehujanan di malam hari dan sangat panas pada malam hari. Para petani bahkan membawa hewan-hewan dan ternak mereka,” ujar Alamia.

Serangan itu bertujuan untuk membunuh atau menahan pemimpin ekstremis setempat, Abdel Basit Usman, yang masuk dalam daftar buronan teroris paling dicari pemerintah AS dengan hadiah sebesar satu juta dolar Amerika (sekitar Rp 12,98 miliar).

Sementara itu, anggota Moro Islamic Liberation Front (MILF) ditarik keluar dari sasaran untuk menghindari salah serangan dari pasukan militer.
 
MILF saat ini masih terlibat dalam proses perdamaian dengan pemerintah. Sedangkan BIFF di sisi lain menentang proses dan telah memisahkan diri dari MILF.
 
Pasukan keamanan Filipina bertekad menyerang habis-habisan setelah 25 Januari lalu di kota Mamasapano sebanyak 44 pasukan komando polisi dibunuh ketika terlibat operasi antiteror memburu Abdel Basit Usman namun terkepung dan diserang oleh pendukung MILF dan BIFF. (AFP)

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home