Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 16:57 WIB | Senin, 03 Februari 2020

550 Demonstran Irak Tewas, Diduga Melibatkan Milisi Yang Didukung Iran

Demonstrasi di Irka, hari Minggu (2/2) menolak perdana menteri yang baru ditunjuk. (Foto: dari Baghdad Post)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Sebanyak 550 pengunjuk rasa telah tewas di Irak sejak aksi protes dimulai pada Oktober, kata Komisi Hak Asasi Manusia Irak mengungkapkan pada hari Senin (3/2). Angka keseluruhan kemungkinan lebih tinggi karena data hanya dikumpulkan sejak 30 Oktober dan banyak pemrotes tewas pada Oktober.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa dua orang telah terbunuh dalam kasus pembunuhan. Banyak dari pembunuhan ini dilakukan oleh milisi yang didukung Iran, yang beroperasi dengan impunitas melawan para pengunjuk rasa, seperti dikutip The Jerusalem Post dan Al Arabiya.

Sejak Oktober Irak telah mencoba menyalahkan "pihak ketiga" karena membunuh demonstran. Tetapi banyak pengunjuk rasa telah bentrok dengan unsur-unsur Unit Mobilisasi Populer (PMU) yang merupakan kelompok yang sebagian besar milisi Syiah, dan banyak yang terkait dengan Iran dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

Amerika Serikat menuduh Qais Khazali dari Asaib Ahl Al-Haq sebagai salah satu dari mereka yang menekan pada demostran. Kelompok-kelompok lain dalam PMU seperti Kataib Hizbullah dan Badr Hadi al-Amiri juga terlibat. Para pengunjuk rasa telah menargetkan kantor milisi ini dalam beberapa serangan.

Milisi memperoleh kekuatan setelah tahun 2014 ketika banyak pria muda bergabung untuk melawan ISIS. Namun setelah perang terhadap ISIS yang sebagian besar berakhir pada tahun 2017, PMU menggunakan pasukannya untuk menyerang wilayah Kurdistan yang menyelenggarakan referendum kemerdekaan, mengambil alih wilayah Kirkuk.

Mereka juga mengambil alih daerah pedesaan di sekitar kota yang mayoritas penduduknya Sunni, dan mendirikan pos pemeriksaan. Mereka telah dituduh melakukan berbagai pelanggaran dan mengoperasikan penjara rahasia, dan perdagangan senjata melalui gudang mereka sendiri ke Suriah dan Hizbullah di Libanon.

Abu Mahdi al-Muhandis, pemimpin Kataib Hezbollah, mendirikan kantor dan pangkalan di Suriah, sementara Qais Khazali pergi ke Lebanon untuk mengancam Israel pada 2017. AS membunuh Muhandis pada 3 Januari bersama komandan IRGC, Qasem Soleimani.

PMU dituduh memainkan peran kunci dalam menekan pengunjuk rasa, dan sering menggunakan penembak jitu dan orang-orang berpakaian preman dengan senjata. Para pemrotes telah memperlihatkan video serangan-serangan ini.

Dalam beberapa pekan terakhir pemimpin politik Irak, Muqtada al-Sadr telah mulai bekerja dengan PMU, dan Badr mengatur protes anti-AS. Tidak satu pun dari pengunjuk rasa yang terkait dengan Sadr atau Badr yang terbunuh pada 31 Desember atau 23 Januari dalam unjuk rasa massal itu. Hal itu menunjukkan bahwa hanya pengunjuk rasa lainnya, banyak dari mereka yang kritis terhadap Iran, yang menjadi target.

Ini berarti bahwa milisi yang didukung Iran kemungkinan berada di belakang ratusan kematian dalam demonstrasi di Irak. Sadr kini menyerukan diakhirinya protes yang bisa mengarah pada tindakan keras baru.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home