Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:50 WIB | Jumat, 22 September 2017

617 Juta Anak Dunia Berkemampuan Baca dan Matematika Rendah

Ilustrasi. remaja belajar di kelas, laporan terkini dari UNESCO Institute for Statistics (UIS) mengungkapkan bahwa, 617 juta anak dan remaja di seluruh dunia, tidak mencapai tingkat kemampuan minimum dalam membaca dan matematika. (Foto: un.org)

PARIS, SATUHARAPAN.COM – Laporan terkini dari UNESCO Institute for Statistics (UIS) mengungkapkan bahwa, 617 juta anak dan remaja di seluruh dunia, tidak mencapai tingkat kemampuan minimum dalam membaca dan matematika.

Laporan tersebut menunjukkan sekitar 387 juta anak usia sekolah dasar (atau 56 persen), dan 230 juta remaja usia sekolah menengah pertama (atau 61 persen), tidak akan mencapai tingkat kemahiran minimum dalam membaca dan matematika.

"Angka-angka tersebut mengejutkan baik dalam hal pemborosan potensi manusia dan prospek untuk mencapai pembangunan berkelanjutan," kata Silvia Montoya, Direktur Institut Statistik UNESCO, dalam siaran persnya, pada hari Kamis (21/9).

Di seluruh Afrika Sub-Sahara, 202 juta anak-anak dan remaja tidak mempelajari pokok-pokok yang mendasar ini. Hampir 90 persen anak berusia antara 6 sampai 14 tahun tidak akan memenuhi tingkat kemahiran minimum dalam membaca dan matematika.

Asia Tengah dan Selatan memiliki tingkat tertinggi kedua, dengan 81 persen, atau 241 juta, tidak belajar.

Anehnya, dua pertiga anak yang tidak belajar bersekolah. Dari 387 juta anak usia sekolah dasar yang tidak dapat membaca mahir, 262 juta berada di kelas. Ada juga sekitar 137 juta remaja usia menengah ke bawah yang berada di kelas, namun tidak dapat memenuhi tingkat kemahiran minimum dalam membaca.

UIS, yang memperingatkan mengenai "krisis belajar", mendapati lebih dari 387 juta anak usia sekolah dasar dan 230 remaja usia sekolah menengah pertama, tidak memiliki tingkat kemampuan minimum dalam membaca dan matematika.

Menurut laporan tersebut, dua-pertiga anak-anak usia sekolah dasar dan lebih separuh anak usia sekolah pertama tak bisa mencapai tingkat kemampuan minimum dalam membaca meski mereka berada di ruang kelas.

UIS mengatakan,  masalah tersebut terjadi akibat kurangnya akses, dan anak-anak yang keluar dari sekolah hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki kesempatan untuk mencapai tingkat kemampuan minimum, selain kegagalan untuk mempertahankan setiap anak tetap belajar dan mempertahankan mereka tetap di jalur. Kualitas pendidikan juga menjadi salah satu faktor.

"Data ini mengkhawatirkan, baik dalam hal penyia-nyiaan potensi manusia dan prospek untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan," kata Direktur UIS Silvia Montoya .

"Data baru ini adalah seruan untuk bangun bagi penanaman modal yang jauh lebih besar di bidang kualitas pendidikan," ia menambahkan.

Ia berpendapat banyak dari anak-anak itu "tidak tersembunyi atau terkucil dari masyarakat dan pemerintah mereka, mereka duduk di dalam kelas bersama potensi dan aspirasi mereka sendiri". (un.org/Antaranews.com)

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home