Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 06:43 WIB | Kamis, 10 September 2020

80 Migran Ditemukan di Gurun Sahara, Ratusan Diduga Tewas

Migran yang melintasi pada pasir di Afrika. (Foto: dok. Ist)

SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 80 migran Afrika telah diselamatkan setelah ditemukan di hamparan terpencil Gurun Sahara di mana ratusan lainnya telah tewas dalam perjalanan berbahaya dalam beberapa tahun terakhir, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), hari Selasa (8/9).

Sebanyak 41 perempuan dari Nigeria, termasuk anak perempuan kembar berusia empat tahun, dan 42 laki-laki dari Nigeria, Togo, Mali dan Ghana, berada dalam kesulitan, dehidrasi dan membutuhkan bantuan medis ketika mereka ditemukan pekan lalu, kata badan migrasi PBB. Ia bekerja dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Sipil untuk melakukan pencarian dan penyelamatan ini.

Salah satu pria berusia 25 tahun yang identitasnya diberikan oleh badan itu sebagai Dennis, mengatakan bahwa mereka telah terdampar selama tiga hari tanpa makanan atau air. “Kami mencari air, tetapi yang kami temukan hanyalah sumur kotor yang digunakan oleh ternak,'' katanya kepada IOM. “Orang-orang ambruk... Saya mulai menangis ketika saya melihat mobil mendekat, berharap bantuan datang.''

Kelompok migran itu telah meninggalkan Agadez, kota transit umum di utara Niger, dua pekan lalu dengan truk pickup terpisah untuk menghindari deteksi, kata badan itu. Mereka menuju Libya, dan penyelundup mereka berhenti pada 1 September sekitar 230 kilometer utara perempatan Sahara di Dirkou, kata beberapa dari mereka yang diselamatkan. Kendaraan sering mogok di gurun pasir, di mana banyak penyelundup kemudian meninggalkan penumpangnya.

Boubacar Djaram, Walikota Dirkou, mengatakan bahwa kelompok itu yang terdiri dari 83 migran ini kemungkinan besar telah meninggal, seperti banyak orang lainnya, yang belum ditemukan.

“Para migran yang diselamatkan pada hari Kamis lalu ditemukan di tempat terpencil yang jauh dari segala bentuk kehidupan,'' katanya. Wilayah Agadez mencakup lebih dari 700.000 kilometer persegi. Kelompok ini telah dipindahkan ke tempat karantina COVID-19 untuk mendapatkan makanan, air, dan perawatan medis, kata IOM.

Sejak 2016, lebih dari 1.870 migran telah diselamatkan melalui operasi di gurun Niger, di antaranya lebih dari 400 tahun ini saja, kata badan PBB itu.

“Tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak migran yang tewas saat mencoba menyeberangi Sahara. Banyak mayat terkubur selama badai pasir, tidak pernah ditemukan lagi,'' kata Barbara Rijks, Kepala Misi IOM di Niger.

Libya adalah titik transit utama bagi para migran Afrika dan Arab yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan untuk menuju ke Eropa. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home