Loading...
INSPIRASI
Penulis: Nova Yulanda Putri Sipahutar 07:57 WIB | Jumat, 26 Agustus 2016

Abaikan Prasangka, Mari Berteman!

Pengalaman berjumpa dengan orang baru memang penuh ketidakpastian.
Serbaasing (unsplash.com)

SATUHARAPAN.COM – Berteman dengan orang asing yang baru dikenal kadang sulit kadang mudah.  Yang membuat sulit menjalin pertemanan dengan mereka yang dianggap asing adalah prasangka. Pengalaman buruk orang-orang di sekitar dan pengalaman pribadi yang dilakukan oleh orang asing, ditambah pemberitaan media yang menceritakan kejahatan yang merajalela membuat kita  menjadi paranoid.

Satu kali saya mencoba untuk membuang prasangka ketika berkunjung ke Kerala, India. Saya melakukan perjalanan ke Kerala sendirian dan hendak menemui seorang sahabat di Kottayam, Kerala. Di pesawat dari Delhi menuju Kochi, saya bertemu seorang bapak. Kami bercerita tentang negara kami masing-masing. Saya cukup kagum karena dia mengetahui situasi politik di Indonesia. Dan ketika sampai pada pertanyaan agama, saya mengatakan saya seorang Kristen dan dia mengatakan bahwa dia tidak beragama.

Ketika kami mendarat di Kochi, dia menemani saya sampai ke bus bandara. Ketika di bus Si Bapak memperkenalkan saya dengan dua orang temannya yang akan melanjutkan perjalanan ke luar Kochi. Kebetulan rute perjalanan kami sama. Kami bertiga, saya dan dua orang bapak yang saya temui di bus melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta api. Saya sangat terharu pada kebaikan mereka. Ongkos bajaj, makan siang bahkan tiket kereta api saya dibayar oleh kedua bapak tersebut. Mereka berulang kali memastikan kalau saya dijemput oleh teman saya di stasiun. Padahal saya adalah orang asing bagi mereka. Dan mereka adalah orang asing bagi saya. Saya tahu bahwa angka pemerkosaan tinggi di India. Saya sering mendengar nasihat bahwa orang asing harus berhati-hati kalau mengunjungi India. Tetapi prasangka itu saya lepaskan dan berkomunikasi dengan mereka. Dan ganjaran yang saya dapatkan adalah saya merasakan kebaikan Tuhan melalui mereka bertiga.

Saya ingin membalas kebaikan tiga Bapak yang saya temui di Kerala melalui orang asing yang saya temui di Indonesia. Satu kali ketika perjalanan naik kereta api dari Jogjakarta menuju Jakarta saya duduk berhadapan dengan 2 perempuan dari Polandia. Mereka akan kembali ke Polandia setelah satu bulan menjelajahi Indonesia. Saat itu saya merekomendasikan mereka agar menggunakan taksi online menuju Tangerang. Tetapi, karena baru ada perseteruan antara taksi online dan nononline, taksi online dilarang masuk ke stasiun Senen. Akhirnya saya mengajak mereka ke kantor Pengurus Pusat GMKI di Salemba untuk memesan taksi dan menunggu di kantor kami saja. Dan mereka membuang prasangka pada orang asing. Mereka mau mengikuti saya dan menunggu taksinya di Salemba.

Betapa senangnya jika kita membuang prasangka dan bisa berteman dengan orang asing. Kita akan berkata, ”Kamu bukan orang asing, kamu adalah temanku.” Dan selayaknya seorang teman harus membantu temannya yang sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan.

Pengalaman berjumpa dengan orang baru memang penuh ketidakpastian. Dalam artikel The Trinity, Friendship, And Space Making, Nindyo Sasongko dan Joas Adiprasetya menyatakan bahwa persahabatan Kristen adalah keterbukaan pada masa depan dan ketidakpasatiannya. Kadang-kadang orang asing yang baru kita kenal bisa menjadi teman baru, tetapi tidak jarang juga bisa menjadi penjahat. Tidak ada cara untuk memastikan selain membuka diri pada hal yang tidak terprediksi yang akan terjadi di depan.

Jadi, abaikan prasangka dan mari berteman!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home