Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 00:50 WIB | Kamis, 23 Februari 2017

Acculturation, Pameran Patung dan Lukisan Dua Perupa

Acculturation, Pameran Patung dan Lukisan Dua Perupa
Ilustrasi poster pameran senirupa "Acculturation" yang berlangsung hingga 27 Februari 2017 di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta.
Acculturation, Pameran Patung dan Lukisan Dua Perupa
Lukisan panel karya I Made Mustika dengan ilustrasi legenda Sam Kok: Kwan Kong. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Acculturation, Pameran Patung dan Lukisan Dua Perupa
Patung Gajah karya pematung Tri Suharyanto.
Acculturation, Pameran Patung dan Lukisan Dua Perupa
Penampilan Semendelic dalam pembukaan pameran senirupa Acculturation.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kolektor seni Agung Tobing kembali menjadi promotor bagi pameran perupa I Dewa Made Mustika dan Tri Suharyanto. Pameran yang dikuratori oleh Garin Nugroho dan I Gede Arya Sucitra dibuka secara resmi oleh dosen jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang pernah menjabat sebagai wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaam Wiendu Nuryanti  pada Sabtu (18/2) malam.

Perupa I Dewa Made Mustika memamerkan karya lukisan yang bercerita tentang legenda lokal Bali semisal Tantri, Raja Kodok, Calonarang, Mahabrata, dikombinasi dengan kebudayaan Tiongkok seperti Legenda Samkok (Kisah Tiga Raja), Siluman Ular Putih, Pendekar Rajawali, Filsafat Shio, kisah heroik sang kera sakti Sun Go Kong, Legenda Delapan Dewa hingga Sampeek Engtay.

Dengan tema The Partners Spirit of I Dewa Made Mustika, Made Mustika menghadirkan 22 karya berukuran besar (lukisan panel) dalam kanvas ukuran kanvas 3 hingga 22 meter.

Sementara pematung Tri Suharyanto dengan tema Mitologi memamerkan patung Naga, dua buah patung gajah, delapan patung kuda, patung ayam tarung, serta patung burung phoenix yang kesemuanya dalam ukuran besar.

Garin Nugroho dalam catatan kuratorialnya menjelaskan bahwa tema Mitologi terasa menjadi sebuh pameran human karena menghadirkan dua aspek human manusia, yakni homo naranas dan homo symbolicum. Keduanya, menjadi esensi komunikasi manusia dan kemanusiannya yang hidup dalam mitologi.

Dalam sambutan pengantar, kolektor senior Oei Hong Djien (OHD) memberikan sedikit ilustrasi kiprah Made Mustika termasuk pelukis Bali yang tergabung dalam Sanggar Dewata yang pada rentang akhir tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an mewarnai dunia lukis Indonesia dengan gaya abstrak-ekspresionisme yang dicirikan dengan sapuan kuas (brush stroke) yang kuat. Pada masa itu ada I Made Sukadana serta pelukis berbakat yang meninggal muda Nyoman Sukari.

"Kwan Kong itu simbol keberanian, kejujuran, loyalitas, dan kebijaksanaan, perlu pendalaman, perlu mengerti sejarah dan latar belakang agar roh(jiwa dan semangat) bisa ada dalam sebuah karya (lukisan)," kata Oei Hong Djien menceritakan tentang salah satu karya lukisan maestro Affandi berjudul Kwan Kong yang saat ini menghiasi Museum OHD-Magelang. Dalam pameran Acculturation, I Made Mustika memamerkan karya lukisan Kwan Kong dalam salah satu lukisan panel.

Tidak kurang 500-an pengunjung menghadiri pembukaan pameran senirupa "Acculturation" diantaranya perupa senior Djoko Pekik. Pembukaan pameran dimeriahkan oleh penampilan grup band Semendelic dengan beberapa personilnya Denny Dumbo dan Sinung Hanggarjito yang merupakan pentolan grup musik legendaris Sirkus Barock.

Pameran senirupa "Acculturation" akan berlangsung hingga 27 Februari 2017 di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home