Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 10:39 WIB | Rabu, 31 Agustus 2016

Ada Kelompok Coba Adu Domba Prancis dan Islam

Bernard Cazeneuve (kedua dari kiri) saat bertemu dengan beberapa pemimpin organisasi yang mewadahi Islam di Prancis. (Foto: sputniknews.com)

PARIS, SATUHARAPAN.COM – Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve mengatakan  negara itu sedang berperang dengan musuh yang mencoba mengadu Muslim terhadap non-Muslim di Prancis, sehingga negara didesak menciptakan ikatan yang kuat antara muslim-Non Muslim, penduduk asli dan Imigran. 

Seperti diberitakan Daily Express, hari Selasa (30/8), Cazeneuve mengatakan, dalam pembicaraan dengan beberapa pemimpin organisasi Muslim, dan beberapa anggota parlemen Prancis solidaritas masyarakat penting agar terdapat penyesuaian antara nilai-nilai agama  dengan nilai-nilai sekuler Prancis.

Dalam pertemuan tersebut mereka membicarakan konsep mengintegrasikan Islam dengan nilai-nilai demokrasi dan sekular yang dianut Prancis.

Pertemuan tersebut dianggap penting sehubungan dengan adanya beberapa kasus yang berkaitan dengan kekerasan atas nama agama yang akhir-akhir ini terjadi di Prancis.

Salah satu kasus kekerasan yang baru-baru saja terjadi yakni pengusiran dua muslimah dari sebuah restoran di Paris, menurut keterangan resmi Kementerian Dalam Negeri Prancis, dianggap sebagai salah satu akumulasi kesalahpahaman bernuansa rasialisme yang terjadi di Prancis.

Sebelumnya dalam beberapa pekan terakhir, Prancis dilanda islamofobia yang diwujudkan dengan pelarangan burkini – pakaian renang bagi muslimah – di beberapa kota di Prancis.

 “Saat ini Prancis sedang berperang dengan teroris, dan banyak pihak lagi yang memecah belah bangsa, dan mencerai beraikan  Prancis,” kata Cazeneuve. 

Pada hari Jumat (26/8), pengadilan administratif tertinggi Prancis membatalkan larangan mengenakan burkini di kota yang terletak di Prancis bagian selatan, Villeneuve-Loube.

Namun, putusan pengadilan gagal meredakan perdebatan dengan beberapa pemimpin partai beraliran ekstrem kanan yang menyerukan undang-undang baru yang akan melarang burkini tersebut.

Cazeneuve mengatakan penduduk Prancis apapun latar belakangnya jangan mudah terprovokasi atau terpengaruh bila terjadi peristiwa yang berkaitan dengan konflik horizontal.

“Rakyat Prancis tidak harus jatuh ke dalam perangkap dan provokasi berbuat kerusuhan,” kata dia.

Di Prancis, salah satu tanggung jawab kementerian yang dipimpin Cazeneuve yakni  mempertahankan hubungan baik dengan semua denominasi agama.

Dalam kesempatan yang sama pejabat kementerian tersebut yang tidak ingin disebut namanya menjelaskan pemerintah Prancis – dalam rangka memperkuat solidaritas – berupaya membuat sebuah organisasi yang mewadahi Islam Prancis di dalamnya melibatkan beberapa asosiasi untuk melatih para imam yang memberi tausyiah di masjid yang didasarkan tentang pengetahuan sejarah Prancis, disamping menanamkan nilai-nilai positif, toleransi dalam Islam.  

Pejabat yang disebut anonimitas tersebut menambahkan sebaliknya dari organisasi Muslim Prancis akan menawarkan kursus Islamologi bagi masyarakat Prancis agar dapat mengenal Islam dalam kerangka damai dan toleran.

Sementara itu Sekertaris Jendral Dewan Muslim Prancis pengawasan Islamophobia (Collectif Contre Islamophobie en France)  Abdallah Zekri mengatakan langkah yang dilakukan pemerintah akan segera dinilai  masyarakat, sehingga diharapkan langkah yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri Prancis tidak sembarangan. “Saat ini kita harus mengakhiri argumen yang tidak masuk akal atas burkini,” kata Zekri.

Dia mengatakan beberapa orang di Prancis ingin mengaitkan burkini menstigmatisasi umat Islam, sementara banyak politikus Prancis melihat burkini menjadi permasalahan yang harus diungkit-ungkit karena banyak politikus yang mempersiapkan diri untuk Pemilihan Umum di Prancis pada 2017.

Dia merasa sedih dengan data Kementerian Dalam Negeri Prancis yang menyebut banyak generasi muda Muslim Prancis yang malah menjadi militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) – setidaknya terdapat lebih kurang 600 warga Prancis yang sejak 2010 berlatih tempur di Suriah atau Irak – dari jumlah generasi muda tersebut 160 telah meninggal dunia.

Dalam data Kementerian Dalam Negeri Prancis,  sejak 2012 Prancis telah mengusir 80 warga asing yang dianggap ancaman. Selain itu Bernard Cazeneuve mengidentifikasi lebih dari  20 masjid di Prancis yang dianggap terkait dengan radikalisme beberapa bulan terakhir. (express.co.uk)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home