Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 23:33 WIB | Senin, 14 April 2014

Agus Noor: Seniman Diabaikan Itu Realitas

Agus Noor. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penulis kenamaan Agus Noor menyebutkan kehidupan seniman budayawan diabaikan Pemerintah. Dia melihat hal ini merupakan kondisi nyata yang dialami mereka. Kondisi itu diangkatnya menjadi ide cerita ‘Matinya Sang Maestro’.

“Realismenya, realitasnya begitu,” kata anggota tim kreatif ‘Indonesia Kita’ ini. Lanjutnya,”Sebenarnya tema besar Indonesia Kita tahun ini mengangkat humanisme. Selama ini ‘kan karya-karya Indonesia Kita cenderung politik.” katanya ketika diwawancara usai pementasan ‘Matinya Sang Maestro’ di Jakarta pada Sabtu (12/4).

Dia berpendapat bahwa hal-hal yang membuat seseorang menjadi bangga atas bangsanya justru berangkat dari akar seni kebudayaan.

“Kalau kita ngomong satu, apa yang membuat kita banggsa sebagai bangsa Indonesia, agar Indonesia Hebat, Indonesia Bisa, Indonesia Bangkit, Indonesia Bersatu. Kalau berkata begitu, apa yang membuat aku bangga pada akhirnya? Karya seni kebudayaan ‘kan? Kita bangga dengan wayang, batik, sebagai warisan dunia.“

Menurutnya, seni kebudayaan ini dihasilkan sosok-sosok inspiratif yang justru dilupakan. Sosok-sosok inspiratif ini memiliki pengabdian, komitmen, dedikasi, bereksplorasi, berkarya, tetapi kehidupannya memprihatinkan.

“Sekali pentas honor 350. Sementara uang dikorupsi (pejabat) banyak.“ katanya sambil membuat perbandingan. “Saya ingin menampilkan sisi itu pada tahun ini. Tema Indonesia Kita yaitu humanisme, kebudayaan, dan kemanusiaan.”

Sosok yang dikenal cerpenis ini juga sedang melacak dan melakukan riset seni-seni Bali non turistik. “Tidak omong pariwisata, tetapi di sana banyak orang yang tekun, hidup dari wayang dari kampung ke kampung. Menurut aku itulah sosok inspiratif.”

Dia berpendapat persoalan pengabaian seniman lebih berat dibanding tekanan terhadap kebebasan berekspresi di bidang seni budaya itu sendiri. “Ada tekanan, macam-macam, masih bisa diatasi. Kalau politik, seniman makin ditekan semakin bisa mengatasi.”

Agus Noor menuturkan pementasan ‘Matinya Sang Maestro’ ini menunjukkan ketidakmampuan Pemerintah mengurus orang lain, yaitu rakyatnya. Hal ini diakibatkan ketidakmampuan Pemerintah mengatur diri sendiri. Tetapi disebutkannya bahwa hal itu bukan berarti sikap putus asa atas keadaan seni budaya di Indonesia.  Ini merupakan harapan untuk Indonesia mendatang yang lebih baik.

‘Matinya Sang Maestro’ yang dipentaskan ‘Indonesia Kita’ ini ingin menunjukkan ironi bahwa Pemerintah justru memain-mainkan kepentingan atas kehidupan para seniman sementara mereka seumur hidup justru diabaikan. ‘Indonesia Kita’ dalam pementasannya merupakan sebuah upaya menyampaikan gagasan perihal keberagaman dan kebersamaan tentang Indonesia. Pertunjukan yang digelarnya merupakan jalan seni dan kebudayaan untuk menumbuhkan sikap toleran dan menghargai keberagaman sehingga Indonesia dapat menjadi rumah bersama.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home