Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 21:23 WIB | Senin, 21 Juli 2014

Agustus, Basuki Bersiap Ganti Monorel dengan LRT

Ground breaking monorel oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo pada 16 Oktober 2013. (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dengan tegas mengatakan akan mengganti monorel dengan LRT atau BRT (light/bus rapid transit) apabila sampai awal Agustus pihak PT Jakarta Monorel (PT JM) tidak bisa memberikan syarat yang diminta Pemprov DKI.

“Prinsip kita kalau sampai awal Agustus mereka tidak bisa jawab pertanyaan kita, termasuk masalah desainnya, lupakan saja monorel. Monorel itu tidak strategis sama sekali, saya mau ganti BRT atau LRT saja,” tutur Basuki sat ditemui di Balai Kota, Senin (21/7).  

Perjanjian untuk mengenakan denda kepada PT JM diakui Basuki memang tidak ada, itulah mengapa ia sebut selama ini perjanjian yang dibuat lemah.

“Tidak seperti perjanjian saya dengan perusahaan reklamasi pulau yang sangat jelas, kalau tidak dilakukan saya bisa langsung mencabut izinnya, lalu kalau mereka gagal menyelesaikan pembangunan (misal rusun atau jalan inspeksi sungai), semua bangunan yang gagal itu menjadi aset milik Pemprov DKI, jadi tidak ada bangunan mangkrak lagi,” ujar Basuki.

Seperti diketahui, megaproyek monorel yang pemancangan batu pertamanya (ground breaking) sejak 16 Oktober 2013 lalu itu, membutuhkan biaya sebesar Rp 17 triliun, di mana Rp 10,2 triliun untuk konstruksi pembangunan, dan Rp 6,8 triliun untuk pabrik, stasiun serta depo.

Kemudian Basuki mengumpamakan, apabila pengusaha mau bangun suatu proyek, dari 100 persen pembiayaan, jika dilakukan pinjam uang di bank 70 persen, maka pengusaha itu wajib punya 30 persennya untuk modal.

Akan tetapi, sekarang ini bahkan Ortus Holdings selaku salah satu pemilik saham PT JM tidak bisa menunjukkan pada Pemrov DKI bahwa mereka punya 30 persennya.

Terlebih, Basuki mengaku tidak meminta PT JM harus punya uang 30 persen, melainkan hanya 5 persen diberikan kepadanya sebagai jaminan. Akan tetapi PT JM tetap tak bergeming dengan permintaan Pemprov DKI itu.

“Kalau begitu saya boleh donk curiga, mereka mengambil izin untuk jual properti dan mengambil keuntungan. Nanti uang hasil menyewakan properti itu digabung-gabungkan, lalu digunakan untuk modal awal pembangunan monorel,” duganya.

“Misalnya Anda dapat 250 hektar atau 200.000 m2 tanah, kalau anda sewakan ke orang lain Rp 25 juta per hektarnya, Anda bisa dapat Rp 5 triliun per tahun,” tambah dia mengumpamakan.

Monorel merupakan investasi mega proyek dalam bidang transportasi massal. Sudah sepatutnya pengusaha yang berinvestasi memiliki modal awal yang cukup selain biaya pinjaman itu sendiri.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home