Loading...
BUDAYA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:58 WIB | Rabu, 02 Januari 2019

Ahok Siap Berpadu Musik di Konser 250 Tahun Beethoven

Ilustrasi. No More Moonlight Over Jakarta karya Ananda Sukarlan akan menjadi salah satu yang dipentaskan pada Konser di Washington DC dalam rangka merayakan ulangtahun Bethoven ke 250 tahun, menceritakan ekspresi kesedihan terhadap vonis Ahok karena dituduh menista agama islam. (Courtesy: Voaindonesia.com/Julie Putra)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Perang, penindasan, ketidakadilan dan intoleransi adalah sebagian persoalan besar yang masih terus melilit dunia tahun 2019 ini. Dan pianis Amerika keturunan Israel Yael Weiss, yang dipuji banyak kalangan karena interpretasi musik yang unik dan pesan kuat yang kerap dihadirkan, berupaya merefleksikan persoalan-persoalan yang masih terus membayangi itu lewat musik.

Terinspirasi dengan 32 sonata karya pianis dan komposer Jerman Ludwig van Beethoven, dan niat memeriahkan ulang tahunnya yang ke 250 tahun depan dengan cara yang berbeda, Yael Weiss mengajak 32 komposer dari berbagai belahan dunia untuk menulis satu komposisi yang dikaitkan dengan salah satu karya Beethoven dan peristiwa yang ada di negara masing-masing.

Di bawah payung "32 Bright Clouds" hadirlah 32 komposisi, antara lain dari Ghana, Suriah, Bhutan, Filipina, Iran, Venezuela, Turki, Yordania dan Indonesia. Pianis Indonesia Ananda Sukarlan yang diajak ikut serta dalam proyek ini menjelaskan komposisi yang ditulisnya.

Ananda Sukarlan mengatakan, bahwa organisasi itu, meminta kepada setiap komponis untuk menghubungkan karya kami itu dengan salah satu salah satu karya Beethoven. Beethoven ini sudah menulis 32 karya sonata, salah satu di antaranya adalah "Moonlight Sonata".

"Jadi saya menghubungkan komposisi saya dengan 'Moonlight Sonata'," katanya.

Permintaan lain organisasi itu adalah, agar karya kami menceritakan tentang kejadian atau hal-hal yang sedang terjadi di negara masing-masing.

Waktu itu baru kejadian Ahok divonis, yang menurut Ananda sangat menyedihkan. Dia bahkan menilainya sebagai sejarah paling hitam di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Jadi saya menghubungkan karya saya itu dengan "Moonlight Sonata" dan judul karya saya adalah "No More Moonlight Over Jakarta" atau "Tiada Lagi Cahaya Purnama di Atas Jakarta". Kata 'Cahaya Purnama' adalah nama lengkap Koh Ahok," kata Ananda, dilansir Voaindonesia.com, pada Rabu (2/1).

Sejumlah Komposer Angkat Isu Sosial

Selain Ananda Sukarlan, komposisi lain yang akan ditampilkan adalah "The Hunt for Peace" karya Malek Jandali asal Suriah, yang mendedikasikan komposisi itu bagi anak-anak Suriah dan perjuangan mereka meraih perdamaian.

Ada pula "Hope for the Shackled" karya George Mensah Essilfie asal Ghana, yang menunjukkan keprihatinan akan gangguan psikotik dan terbelenggu, tanpa perhatian medis.

Juga seorang komposer perempuan asal Iran, Aida Shirazi, yang menghadirkan "Apres" tentang persaudaraan, persatuan dan cinta.

Ananda mengatakan, kebanyakan dari mereka mengaitkannya bukan dengan tokoh, tetapi dengan kejadian. Misalnya ada komponis dari Suriah yang mengaitkan karyanya dengan situasi perang saudara disana, juga komponis dari negara-negara lain yang jarang terekspos dunia internasional dan kini tampil ke muka.

"Musik itu bisa menceritakan sejarah dan hal-hal yang tidak bisa diceritakan dengan kata-kata, lebih pada perasaan kita tentang yang akan terjadi," kata Ananda.

Ulang Tahun Beethoven Dirayakan Setahun Penuh

Pianis dan komposer Yael Weiss yang menggagas konser ini telah menampilkan "32 Bright Clouds: Beethoven Conversations Around the World" ini di Changwon International Music Festival di Korea Selatan pada April lalu dan di Napa Valley California pada Agustus.

Sambutan hangat publik membuat konser ini akan dilanjutkan pada tahun 2019, yaitu di Washington DC pada 24 Januari, di Ontario Kanada pada 26 Januari, Ann Arbor Michigan pada 15 Mei, di Bronxville New York pada 23-24 April, di St. Petersburg Florida pada 2 Juni dan di Havana Kuba pada 11 Juni.

Ananda Sukarlan Berharap Ahok Kembali Berjuang

Meskipun Ananda Sukarlan melihat karya dan konser ini bukan untuk merayakan, tetapi lebih sebagai ekspresi kesedihan dan refleksi apa yang terjadi, ia berharap besar pada mantan gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang pembebasannya bertepatan dengan konser di Washington DC 24 Januari nanti.

Menurut Ananda, karya "No More Moonlight Over Jakarta" itu ditulis, karena kesedihan melihat Ahok dizolimi. Jadi ini bukan karya untuk merayakan, tetapi lebih sebagai ekspresi kesedihan pribadi.

"Saya berharap dengan "dikalahkannya" Ahok, hal ini tidak sia-sia. Saya inginnya ia menjadi lambang dan pahlawan. Saya sangat berharap Ahok akan kembali ke dunia politik, atau sebagaimana yang disampaikannya ketika saya menjenguknya, di mana ia bilang 'Konfusius mengatakan jika kita cinta negara, maka ketika negara memanggil dan membutuhkan, maka bukti cinta kita adalah memenuhi panggilan itu'.

Menurut Ananda, negara sangat membutuhkan Ahok, juga rakyatnya. "Saya berharap selepas dari penjara ia akan berjuang lagi. Saya tidak tahu apakah di luar politik beliau dapat berjuang seperti waktu itu, tapi saya yakin seyakin-yakinnya kalau ia tidak akan tinggal diam," kata Ananda lagi.

Basuki Tjahaya Purnama, atau yang akrab dikenal luas sebagai Ahok, divonis hukuman dua tahun penjara pada 9 Mei 2017 atas kasus penodaan agama. Sejumlah organisasi internasional menyampaikan keprihatinan terhadap vonis itu, antara lain Dewan HAM PBB, Amnesty International dan ASEAN Parliamentarians for Human Rights.

Departemen Luar Negeri Amerika bahkan secara tegas menyatakan "meskipun menghormati institusi demokrasi Indonesia, Amerika menentang penggunaan undang-undang penistaan agama di mana pun juga, karena membahayakan kebebasan fundamental, termasuk kebebasan beragama dan mengemukakan pendapat."

Sementara delegasi Uni Eropa untuk Indonesia menyerukan, kepada pemerintah dan rakyat Indonesia untuk tetap mempertahankan tradisi toleransi dan pluralisme yang selama ini dikagumi dunia.

Yael Weiss dalam video yang dibuat khusus untuk memperkenalkan karya Ananda Sukarlan "No More Moonlight Over Jakarta" mengatakan, karya itu sangat kaya karena tidak saja menghadirkan rhythm populer "Moonlight Sonata" karya Beethoven tetapi juga kontemplasi yang dilakukan Ananda atas suatu isu. Ditambahkannya, ia tidak sabar mempertunjukkan karya ini dalam konser-konser mendatang.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home