Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 13:38 WIB | Selasa, 03 Mei 2016

Ahok: Tak Hanya Sekda Diusir, Lurah Juga Dipukul

Ilustrasi. Warga Luar batang melakukan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, hari Selasa (3/5). (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak membantah kabar bahwa Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta Saefullah diusir dari Luar Batang, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara pada hari Senin (2/5) malam saat akan melakukan komunikasi dengan penduduk Luar Batang.

Tak hanya Saefullah yang mendapatkan penolakan tapi dia mengungkapkan lurah setempat juga mengalami tindakan kekerasan dan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mendapatkan perawatan hingga lima jahitan karena dipukul.

“Sudah, sudah dapat laporan lengkapnya (Sekda diusir). Malahan ada Satpol PP yang dipukul lima jahitan, lurahnya juga dipukul,” kata dia sambil menunjuk dahinya di Balai Kota DKI Jakarta, hari Selasa (3/5).

Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan kedatangan Saefullah pada hari Senin (2/5) itu adalah untuk menjalin komunikasi dengan warga. Di antaranya yaitu menjelaskan penempatan pedagang kaki lima (PKL) di sekitar Masjid Luar Batang dan memberikan seragam bagi marbot atau petugas masjid.

Menurutnya, langkah itu dilakukan untuk membedakan antara petugas dan umat yang berkunjung ke Masjid Luar Batang.

Namun, Ahok membantah niat Sekda yang berencana untuk memberikan uang sebesar Rp 1 miliar kepada warga. Menurutnya, uang itu mungkin akan disalurkan untuk menata PKL di sekitar Masjid Luar Batang.

“Duit dari mana Sekda, mungkin nanti mau rapihin seluruh PKL mungkin. Bukan kasih duit ke warga. Duit dari mana sekda,” kata dia.

Kronologi Pengusiran Saefullah dari Kampung Luar Batang

Kedatangan Sekda ke Masjid Luar Batang mendapatkan penolakan keras dari pengurus masjid, pengurus RW, RT dan warga di  Kampung Luar Batang.

Pengurus Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Masjid Keramat Luar Batang, Mansur Amin, mengatakan Saefullah datang ke Masjid Kramat Luar Batang  pada Senin (2/5) sekitar pukul 22:30 WIB.

"Warga yang melihat kedatangannya merasa geram, dikarenakan beberapa catatan yang melatarbelakangi hal ini," kata dia, hari Selasa (3/5).

Catatan tersebut dimulai pada Sabtu (30/4/2016) bahwa ada informasi Pemprov DKI  mau mengelar komunikasi yang isinya tidak akan ada penggusuran.

Selanjutnya, kata dia, lokasi pertemuan awalnya diinginkan oleh Pemprov DKI Jakarta di Balaikota, namun pihak pengurus masjid, RT/RW dan tokoh masyarakat menginginkan tempat di kantor Kecamatan Penjaringan.

"Pihak Pemprov DKI ngotot menginginkan pertemuan diadakan di Masjid Keramat Luar Batang, keinginan itu ditolak oleh pihak Masjid lantaran khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan akan keselamatan warga kampung. Akhirnya disepakati pertemuan terjadi di Kantor Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara," kata dia.

Lalu, pada hari Selasa (2/5) digelar pertemuan antara Sekda Saefullah, plt Walikota Jakarta Utara, Wahyudi, Camat Penjaringan, Kholid, Lurah Penjaringan, Suranta dan pihak RW 1, 2, 3, 4, Kel. Penjaringan.

Dalam sesi tersebut, akhirnya di sepakati pertemuan dilakukan di Kantor Kecamatan Penjaringan  Jakarta Utara pada 2 Mei 2016, pukul 20.30 WIB hingga sekitar pukul 22.00. WIB.

Mansur mengatakan ucapan Saefullah berbicara berbeda dengan apa yang selama ini dikabarkan pihak Kecamatan Penjaringan kepada ketua masjid, ketua RW dan ketua RT.

"Intinya Saefullah menegaskan tetap akan ada penggusuran, pemerintah akan membangun Plaza di sekitar Masjid, dan jalan-jalan besar sebagai kesatuan dari Kota Tua sampai Luar Batang," kata dia.

Pengurus masjid, ketua RW, ketua RT dan tokoh masyarakat yang mendengarnya kaget dan protes serta menolak, seraya menyampaikan bahwa soal urusan hukum pihak warga tidak akan memberikan jawaban. Pasalnya, soal hukum sudah dikuasakan kepada pihak Yusril Ihza Mahendra.

"Intinya, hasil pertemuan pun tidak jelas dan warga merasa dibohongi oleh Pemerintah Prov DKI Jakarta," kata dia.

Saat selesai rapat, Sekda menyampaikan keinginannya untuk meninjau Kampung Luar Batang dan ke Masjid Keramat Luar Batang untuk memberikan bantuan uang sebesar Rp 1 miliar dan seragam bagi marbot masjid.

Namun pengurus masjid menolak. Selain itu pengurus masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat menyarankan agar Saefullah tidak usah datang ke Kampung Luar Batang dan juga ke masjid mengingat sudah malam dan kondisi kampung sedang tegang pasca penggusuran Aquarium, Pasar Ikan.

Selepas penolakan ketua masjid, ketua RW, ketua RT dan tokoh masyarakat pun pergi meninggalkan Kecamatan dan melanjutkan pertemuan di rumah ketua RW.02

"Rupanya tanpa sepengetahuan pengurus masjid dan RT, RW serta tokoh masyarakat, Sekda nyelonong datang ke Kampung dan Masjid Luar Batang. Saat itu ketua masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat sedang melakukan pertemuan lanjutan di rumah Bapak Ketua RW 02," jelas Mansur.

Orang nomor tiga di Balai Kota tersebut datang ke Masjid Luar Batang sekitar pukul 22.30 WIB. Warga yang melihat langsung bereaksi dan berupaya melakukan pengusiran terhadap Saefullah beserta rombongannya.

Di tengah rapat, ketua masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat mendapat laporan terjadi ketegangan akibat kedatangan rombongan Saefullah. Saat sampai di lokasi kondisi sudah  memanas. Pengurus masjid dan RT, RW serta tokoh masyarakat langsung mengamankan Sekda Saefullah dan rombongannya agar terhindar dari amuk massa yang lebih buruk.

"Pengurus masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat merasa kecolongan dan sangat menyesali tindakan Saefullah yang tidak mengindahkan saran mereka dan dianggap cenderung memporovokasi," kata dia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home