Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta Widiadi 11:49 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

AHY Tak Dapat Lepas dari Sosok Ayahnya

Ilustrasi. Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sylviana Murni (kanan) menjawab pertanyaan calon pasangan lain dalam acara debat tahap pertama yang diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta, 13 Januari lalu. (Foto: Dok.satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sosiolog dan Ketua Yayasan Interseksi, Hikmat Budiman menilai dalam debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 putaran pertama, sosok Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak dapat lepas dari sosok ayahnya, mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Salah satu yang saya tidak suka dari gaya paslon (pasangan calon) nomor satu adalah beliau masih belum lepas dari bayang-bayang ayahnya (Susilo Bambang Yudhoyono),” kata Hikmat dalam diskusi bertajuk “Dinamika Pilgub Pasca Debat Kandidat”, di Widya Graha Lantai 4, Kompleks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta Selatan, hari Kamis (19/1).

Dia menilai AHY dalam debat pilkada putaran pertama yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta tersebut, bahkan cenderung ingin menjadi seperti ayahnya dari segi diksi (pemilihan kata), dan gaya panggungnya saat berada di atas panggung.

Hikmat mengatakan apabila di debat kedua, AHY mampu lebih banyak menjelaskan visi dan misi secara lebih konkret, dan memiliki gaya sendiri, mungkin saja AHY di debat kedua dapat mencuri suara dari orang-orang yang tidak saja dari penggemar setianya, tetapi juga dari undecided voters atau pemilih yang belum pasti.

AHY, dalam pandangan Hikmat, beberapa kali menampilkan gaya berbicara yang kurang tepat dengan era saat ini yakni mencampuradukkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 

“Tetapi harus diingat yang menyukai gaya seperti itu adalah usia pra pemilih lho, AHY bisa salah target, karena usia pemilih yang sudah matang tidak terlalu suka dengan gaya semacam itu,” kata dia.

Hikmat mengusulkan agar AHY melakukan improvisasi dalam berbicara saat berada di panggung debat Pilkada putaran kedua dan ketiga.

“Nah kalau kita lihat gaya panggungnya AHY itu kan seperti anak band, yang bergerak ke sana kemari, saya lihat andai televisi di mute (tombol volume suara televisi dimatikan) gayanya seperti anak band,” kata Hikmat.

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti dari Pengurus Pusat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Syamsuddin Haris mengemukakan dalam dua debat yang diselenggarakan dua stasiun televisi swasta yang berbeda, ketidakhadiran AHY karena masih mempersiapkan diri.

“Tetapi bisa juga itu adalah strategi dari timses (tim sukses AHY-Sylvi) dalam pengertian bahwa supaya publik penasaran dengan Agus,” kata dia.

Syamsuddin menilai penampilan AHY ketika tampil saat debat Pilkada versi KPU DKI Jakarta putaran pertama lalu sangat memukau dan seperti anak muda, namun apabila didalami sebenarnya tidak, karena menurut Syamsuddin, pemaparan AHY tidak cukup sistematis dan tidak fokus.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home