Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 21:40 WIB | Kamis, 26 November 2015

Aksi Kamisan: Peringati Hari Guru

Aksi Kamisan: Peringati Hari Guru
Para korban dan keluarga korban serta aktivis pegiat hak asasi manusia (HAM) menggelar aksi Kamisan ke-421 dengan mengangkat tema Hari Guru di seberang Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (26/11). Dalam aksinya para korban dan keluarga korban meminta kepada pemerintah untuk memprioritaskan tenaga guru honorer diperhatikan karena dinilai mempunyai peran penting dalam menumbukan karakter bangsa sesuai dengan Nawacita butir kedelapan. (Foto-foto: Dedy Istanto).
Aksi Kamisan: Peringati Hari Guru
Seorang anak saat melintas disekitar lokasi aksi Kamisan yang digelar di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat untuk yang ke-421 kalinya.
Aksi Kamisan: Peringati Hari Guru
Para korban pelanggaran HAM di masa lalu saat menggelar aksi Kamisan ke-421 di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat dengan mengangkat tema Hari Guru.
Aksi Kamisan: Peringati Hari Guru
Para korban serta keluarga korban dan pegiat HAM saat menggelar aksi Kamisan ke-421 di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat dengan mengangkat tema Hari Guru.
Aksi Kamisan: Peringati Hari Guru
Aksi Kamisan ke-421 yang digelar di seberang Istana Negara diikuti oleh para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berat di masa lalu juga diikuti oleh para pegiat HAM.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Aksi “kamisan” ke-421 angkat tema Hari Guru yang digelar di seberang Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, hari Kamis (26/11). Aksi yang diikuti oleh korban serta para keluarga korban, dan juga masyarakat sipil tersebut mengapresiasi peran guru dalam membina kemajuan bangsa.

Guru dinilai sebagai agen perubahan yang dimulai dari ruang kelas di sekolah dalam menciptakan pemimpin dari generasi ke generasi. Peran guru penting dalam memberikan pengalaman, serta menanamkan moral serta etika termasuk penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM).

Nawacita ke-8 menyatakan bahwa “kami akan melakukan revolusi karakter bangsa” dinilai tidak terwujud. Karakter sebagia besar pemegang kekuasaan sekarang dinilai memprihatinkan. Para guru tenaga honorer banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, sementara negeri ini masih memerlukan tenaga guru. Korupsi, kolusi, dan nepotisme merajalela, sedangkan penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu belum juga kunjung diselesaikan, karena diantara para penguasa saling melindungi pelanggar HAM.

Perubahan karakter bangsa bisa terwujud bila penegakan hukum ditegakan, dan tidak pandang bulu. Dalam aksinya para korban dan keluarga korban meminta untuk memprioritaskan pengangkatan tenaga guru honorer menjadi pegawai negeri sipil. Kemudian mengintruksikan kepada pemerintah daerah untuk memberikan imbalan tenaga guru honorer sesuai dengan ketentuan upah minimum yang berlaku, dan terakhir menggalakan program revolusi mental melalui penegakan hukum dengan tidak pandang bulu.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home