Loading...
INDONESIA
Penulis: Francisca Christy Rosana 06:43 WIB | Selasa, 28 April 2015

Aksi Tengah Malam Teriakkan Jokowi Pembunuh

Aksi tengah malam tolak hukuman mati Mary Jane dilancarkan oleh kelompok masyarakat, Perempuan Mahardhika, Ardhanary Institute, BITES, dan Persatuan Priawan Indonesia Senin (27/4) di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat dibubarkan paksa petugas kepolisian. (Foto: Francisca Christy Rosana)
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Aksi tengah malam tolak hukuman mati Mary Jane  dilancarkan oleh sejumlah kelompok masyarakat seperti, Perempuan Mahardhika, Ardhanary Institute, BITES, dan Persatuan Priawan Indonesia Senin (27/4). Mereka  menyuarakan penolakan terhadap kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeksekusi mati terpidana kasus narkoba. Kelompok masyarakat ini menilai Jokowi tidak melindungi buruh migran. Mereka pun meneriaki Jokowi sebagai presiden pembunuh. 
 
"Jokowi pembunuh, Jokowi pembunuh," ujar pengunjuk rasa serentak. 
 
Orator, Mutiara Ika Pratiwi dari Perempuan Mahardhika, mengaku kecewa dengan sikap Presiden yang dinilai gegabah melaksanakan kebijakan eksekusi hukuman mati. Menurutnya, kebijakan ini dapat merugikan 200 lebih pekerja migran Indonesia yang tengah terancam hukuman mati di luar negeri. 
 
Mereka juga menilai Presiden Jokowi tak mampu menangkap gembong narkoba yang sebenarnya di Tanah Air. Mary Jane, menurut mereka adalah korban perdagangan manusia sindikat internasional dan korban kemelaratan. "Intinya adalah kami menolah hukuman mati. Terutama kami melihat situasi ini sangat rentan menimpa perempuan buruh migran yang karena ketidaktahuannya sangat mudah tertimpa kasus kriminal yang menyebabkan dia sangat rentang terhadap hukuman mati itu sendiri," ujar Ika kepada satuharapan.com saat ditemui di lokasi unjuk rasa.
 
Hukuman mati menurutnya bukan sebuah keadilan dan cara untuk memberantas kejahatan. Ia menilai pemerintahan yang mengeksekusi mati adalah pemerintahan yang bermartabat rendah. 
 
"Kami sangat ingin Presiden Jokowi membuka mata atas situasi ini, memberi suara karena dialah yang bisa memberi keputusan untuk tidak mengeksekusi orang yang terancam, pada khususnya saat ini adalah Mary Jane," kata dia. 
 
Aksi yang dilancarkan merupakan aksi doa bersama, aksi lilin, dan renungan. Aksi juga dilakukan bersama tokoh lintas agama. Namun, orator mengaku menghadapi hambatan dari pihak polisi yang sempat menghalangi mereka melancarkan aksi. 
 
"Katanya kami tidak taat aturan karena dilaksanakan tengah malam," ujarnya. 
 
Aksi ini sebelumnya dimulai pukul 22.00 WIB di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Selatan. Aksi sempat dihalang oleh petugas kepolisian. Namun, Ika mengatakan aksi tetap akan berlanjut hingga Selasa (28/4) pagi. 
 
Aksi ini telah dimulai sejak 19 April lalu, salah satunya dengan menyampaikan aksi mendatangi Presiden dan menyampaikan surat. 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home