Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 13:10 WIB | Jumat, 30 Januari 2015

Al Jazeera Larang Wartawannya Gunakan Istilah Teroris dan Ekstremis

Penulis dan editor Al Jazerra Amerika diminta menghindari karakterisasi orang sebagai ekstrimis, teroris, Islam, atau bahkan militan, radikal dan pemberontak. Hal itu bahkan mungkin juga untuk Boko Haram, Al Qaeda dan organisasi sejenis.
Foto dari acara Fox News yang juga menampilkan kutipan dari Eksekutif Al Jazeera AS, Carlos van Meek tentang penggunaan istilah teroris dan ekstremis. (Foto dari Christian Examiner)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM- Eksekutif Amerika untuk jaringan media Al Jazeera, Carlos van Meek telah mengarahkan wartawannya di Washington DC dan New York untuk "menggunakan kata-kata secara hati-hati" dalam emailnya yang  menginstruksikan penulis dan editor untuk menghindari karakterisasi orang sebagai ekstrimis, teroris, Islam, atau bahkan militan, radikal dan pemberontak.

Hal itu diungkapkan awalnya oleh National Review Online yang membuka kisah dengan menggunakan memo internal Al Jazeera Amerika (AJA), seperti dikutip Christian Examiner, Kamis (29/1).

"Satu orang teroris adalah pejuang kemerdekaan bagi orang lain," tulis van Meek dalam memonya. "Kami tidak akan menggunakan istilah ini kecuali dihubungkan dengan sumber / orang."

Al Jazeera adalah layanan berita Arab yang berbasis di Doha, Qatar, sebuah negara yang dituduh oleh media seperti New York Times dan Telegraph Inggris menjadi basis pendanaan kelompok teroris Islam, namun pemerintah Qatar menyangkal.

Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengatakan hal itu mungkin mencerminkan mengapa Al Jazeera yang keras terhadap Amerika Serikat, afiliasi penting bagi Qatar. Dia membantah adanya dana "ekstrimis" dan mengatakan "gerakan tertentu, terutama di Suriah dan Irak" bisa disebut sebagai "gerakan teroris."

Namun, dia pernah mengatakan kepada jaringan CNN akhir tahun lalu, bahwa ada perbedaan meskipun ada fakta "bahwa beberapa negara dan beberapa orang (percaya) bahwa ada kelompok yang berlatar belakang Islam adalah teroris."

"Dan kami tidak menerima itu," katanya. Apakah emir Qatar menekan eksekutif Al Jazeera di Doha atau pemimpin kelompok media itu 'hanya simpatik,’ dan hal itu berkaitan dengan apa yang sedang diberlakukan dalam organisasi media itu di AS?

Meskipun cukup tegas dalam menolak beberapa deskripsi, van Meek masih memberikan kelonggaran untuk menggunakan kata militan , dalam bentuk tunggal (singel).

"Kita bisa menggunakan istilah ini untuk menggambarkan orang yang mendukung metode konfrontatif atau kekerasan dalam mendukung kasus politik atau sosial," katanya, dengan menggunakan contoh pembunuhan massal terhadap orang Norwegia, Andres Behring Breivik, dan pengebom di Oklahoma City, Timothy McVeigh, dua pembunuh dari sayap kiri dan sumber berita utama mengacu pada teroris Kristen.

"(Kita) tidak akan menggunakannya untuk menggambarkan sekelompok orang, seperti 'militan' atau 'kelompok militan' dll," mungkin hal itu juga berarti untuk Boko Haram, Al-Qaeda dan organisasi sejenis.

Mengenai hal ini, Komentator Fox News, Todd Starnes, mengatakan apa yang terjadi kertakit ‘pembredelan’ pada ‘istilah jihadis yang dinilai terlalu sensitif’ dari newsroom Al Jazeera di AS. Misalnya, mereka menyesebut teroris yang menyerang Hotel Corinthia di Libya, sebagai "orang-orang bersenjata."

"Belum jelas mengapa jaringan ini memiliki masalah dengan deskripsi tersebut. Entah wartawan mereka tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan banyak suku kata," katanya, dan lidahnya menonjol di pipi, "atau, mereka tidak ingin menyinggung ekstremis dan militan Islam. "

Starnes juga menunjukkan ironi di Al Jazeera yang melarang penggunaan kata "teroris" untuk menggambarkan militan Boko Haram dan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria atau NIIS).


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home