Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 11:32 WIB | Senin, 28 Maret 2016

Alasan Beda Tanggal Paskah Kristen, Yahudi, dan Ortodoks

Ilustrasi. Umat berkumpul di St Peter square saat Minggu Paskah, 27 Maret 2016 di Vatikan. Umat kristen di seluruh dunia menandai Pekan Suci, memperingati penyaliban Yesus Kristus, yang menuju pada kebangkitannya saat Paskah. (Foto: AFP/Andreas Solaro)

SATUHARAPAN.COM – Kisah Paskah menceritakan Yesus Kristus mati setelah hari raya Paskah dan bangkit kembali tiga hari kemudian. Jadi, mengapa pada 2016 Paskah Kristen dan Paskah Yahudi hampir sebulan terpisah? Paskah Kristen jatuh pada 27 Maret dan Paskah Yahudi pada 22 April?

Jawabannya terletak pada kalender religi Kristen dan Yahudi.

Hari ini, kalender Yahudi dan waktu liburan seperti Paskah ditetapkan sesuai dengan kalender lunar, sementara sebagian besar dari seluruh dunia menggunakan kalender Gregorian yang didasarkan dari peredaran bumi mengelilingi matahari, kata Josh Dorsch, rabbi di Beth El Synagogue Center di New Rochelle, New York.

“Orang-orang Israel kuno menghitung kalender mereka dengan sangat serius,” kata Dorsch. “Banyak perayaan Yahudi yang signifikan berasal sebagai siklus pertanian. Waktu mereka sudah tetap, sesuai dengan tanggal tertentu di kalender Lunar dan musim.”

Sedangkan penentuan Paskah Kristen, umat Kristen kuno mengikuti kalender mereka dengan serius juga, bahkan saat orang Kristen mengalami perpisahan besar—Timur dan Barat. Jika gereja Barat mengikuti kalender Gregorian, Kristen Timur meneruskan kalender Julian. Dan dua ribu tahun kemudian, begitu juga kita.

Paskah perayaan yang “bergerak” berdasarkan bulan purnama dan vernal equinox (awal resmi musim semi).

The Old Farmer’s Almanac menjelaskan hal itu: Di gereja-gereja Kristen yang mengikuti kalender Gregorian untuk menentukan tanggal Paskah, perayaan tidak pernah bisa terjadi sebelum 22 Maret atau setelah April 25. Dalam gereja-gereja Kristen yang mengikuti kalender Julian untuk menentukan tanggal Paskah, perayaan dapat terjadi antara April 4 dan 8 Mei (menggunakan tanggal kalender Gregorian).

Dan, kalender keduanya didasarkan pada pergerakan bumi mengelilingi matahari.

Sedangkan Dorsch menunjukkan, bulan lunar adalah sekitar 29,5 hari, sehingga satu tahun lunar (12 bulan lunar) hanya 354 hari.

“Setiap beberapa tahun, kami menambahkan tahun kabisat sehingga perayaan kami, yang telah ditetapkan di kalender selalu cocok dengan musim yang tepat,” kata Dorsch.

Tapi, itu tidak seperti kalender tahun kabisat Gregorian.

“Karena tahun Lunar 11 hari lebih pendek dari Kalender Gregorian yang panjangnya 365 hari, selama tahun kabisat pada kalender Yahudi kita menambahkan satu bulan tambahan,” katanya. “Salah satu dari banyak nama untuk Paskah Yahudi adalah Perayaan musim Semi, karena biasanya dirayakan selama awal musim semi. Tapi, jika kami tidak menambahkan bulan tambahan setiap beberapa tahun, kami akan merayakan musim yang salah. “

Tahun ini adalah salah satu tahun kabisat—sebenarnya tahun kabisat ganda, dengan 29 Februari dan bulan ganda Adar.

Oleh karena itu, walaupun Paskah Yahudi dan Paskah Kristen biasanya jatuh sekitar waktu yang sama, tahun ini ada bulan tambahan di antara Paskah itu.

Ketika Paskah tahun ini sangat awal, ini membuat orang-orang terkaget-kaget.

“Ini sangat jauh lebih sulit!” kata Suster Claire Woodley-Aitchison dari Gereja Episkopal St. Mary di Mohegan Lake, New York. “Anda hampir tidak dapat menarik napas Anda setelah Natal. Dan Februari yang sering jadi waktu kebersamaan untuk keluarga antar-generasi keluarga ... tidak terjadi tahun ini. Karena sudah masuk masa Pra-Paskah. Kemudian masih berlanjut dengan Hari Kenaikan dan Pentakosta.”

Tentu saja, Gereja Episkopal mengikuti kalender Gregorian. Gereja-gereja Ortodoks Timur akan merayakan Paskah pada 1 Mei. (Patch.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home