Loading...
RELIGI
Penulis: Eben Ezer Siadari 21:27 WIB | Rabu, 22 Oktober 2014

Alwi Shihab Kecam Sekolah yang Haramkan Upacara Bendera

Alwi Shihab (sumber: @ShihabAlwi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Cendekiawan Muslim, Alwi Shihab,  menyesalkan adanya sekolah yang mengharamkan upacara bendera dan tidak mengakui UUD 1945. Dia mensinyalir sekolah-sekolah itu berlatarbelakang ajaran Wahabi dan tidak cocok berkembang di Indonesia.

“Saat ini banyak sekolah yang mereka didirikan, tapi mengajarkan: Alquran tidak sesuai dengan Pancasila. Mereka mengecam Pancasila, melarang upacara bendera dan tidak mengakui UUD. Padahal mereka tinggal di Indonesia. Kita tidak katakan pemahaman itu sesat. Pemahamannya itu hanya tidak cocok dengan Indonesia, tidak cocok dengan Bhineka Tunggal Ika. Jadi Wahabi tidak cocok di Indonesia,” kata Alwi dalam serangkaian kultwitnya hari ini (22/10) yang disampaikan lewat akun @ShihabAlwi.

Menteri Luar Negeri di era Gus Dur itu menambahkan, Indonesia memerlukan pemahaman Islam yang tidak melawan Pancasila dan yang tidak mengebiri Bhinneka Tunggal Ika. Apabila ada paham yang melawan Pancasila, justru tidak cocok hidup di Indonesia.

“Analoginya: Anda mau jual overcoat di Jakarta tentu tidak cocok Di sini udaranya panas,” kata penyandang gelar doktor dari Temple University, Amerika Serikat ini.

Dalam rangkaian twit-nya, Alwi Shihab menjelaskan paham Wahabi merupakan dasar dari gerakan ISIS yang dewasa ini menjadi keprihatinan dunia. Menurut dia, pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi, berasal dari kelompok Wahab Salafi. Mereka menjalankan ajaran Muhammad bin Abdul Wahab, yang intinya meminta penganutnya kembali ke prinsip awal agama Islam yang dipraktikkan para sahabat pada masa Nabi dan awal sejarah keislaman.

Abdul Wahab sendiri, tambah Alwi, meneruskan pandangan keislaman Ibnu Tamiyah. Ibnu Taimiyah di zamannya melakukan refleksi dan menyatakan bahwa kemunduran Islam ini terjadi karena beberapa hal.

Pertama,  infiltrasi filsafat ke dunia Islam yang dinilai merusak kemurnian Islam.

Kedua,  tasawuf atau tarekat yanga menurutnya  mengandung banyak infiltrasi kebudayaan Hindu-Budha. “Tarekat, zikir berlebihan, meditasi dan lainnya dilarang. Dia menegaskan, kalau mau memurnikan ajaran Islam, tasawuf dan tarekat harus jauh dari umat Islam,” ulas Alwi.

Ketiga, aliran Syiah. “Bagi Ibnu Taimiyah, baik Syiah ekstrem atau moderat sama saja. Intinya, Syiah harus jauh dari umat Islam,” kata Alwi.

Keempat adalah komunitas Kristen. Menurut Alwi, ajaran Ibnu Taimiyah menganggap kelompok Kristen akan merusak umat Islam. “Pengikut Kristen di masa Ibnu Taimiyah dan tentunya sampai sekarang dianggap oleh Ibnu Taimiyah akan merusak komunitas Islam,” kata Alwi.

Alwi mengatakan,  kelompok ISIS yang mewarisi ajaran  Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab meyakini bahwa  mendirikan negara Islam merupakan jalan mewujudkan ajaran itu. Mereka mengainginkan negara  yang di dalamnya tidak ada filsafat, tidak ada tasawuf, tidak ada Syiah, tidak ada Kristen.

Menurut Alwi, bahaya ajaran ini ialah karena memaksakan kehendak terhadap kelompok lain bahkan membunuh atas nama agama. “Hari ini, penyebaran kebencian terjadi di depan mata kita. Kita bisa lihat di internet, televisi, surat kabar dan media massa lainnya. Dan yang membuat kita miris dan perhatian, kebencian yang ditebar kerap membawa embel-embel agama,” kata dia.

Alwi Shihab menegaskan  suatu pemahaman keagamaan sebetulnya boleh saja berkembang selama tidak memaksakan kehendak. “Asalkan tidak menggunakan kekerasan, tidak memaksakan kehendak, menganggap diri yang paling benar. Mereka yang mengambil hak prerogatif Tuhan dan menuding orang sesat, kafir, masuk neraka, itu yang tidak kita inginkan,” tutur dia.

Untuk itu, menurut Alwi, sangat penting membatasi berkembangnya ideologi ini. “Wahabi jelas tidak cocok di Indonesia. jangan paksakan pandangan itu ke Indonesia, karena akan bertentangan dengan ideologi negara,” kata dia.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home