Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 17:54 WIB | Jumat, 27 Mei 2016

Amazing, Bocah Tiongkok Panjat Tebing 800 Meter demi Sekolah

Amazing, Bocah Tiongkok Panjat Tebing 800 Meter demi Sekolah
Anak-anak desa Atuler di Tiongkok harus naik turun tangga bambu 800 meter demi pergi ke sekolah (Foto: Chen Jie/Beijing News)
Amazing, Bocah Tiongkok Panjat Tebing 800 Meter demi Sekolah
Di desa Atuler yang terletak di puncak gunung tidak tersedia ruang untuk mendirikan sekolah. Akibatnya, anak-anak desa itu harus menuruni tebing curam setinggi 800 meter bila ke sekolah dan kembali lagi seusai pelajaran (Foto: Chen Jie/Beijing News)
Amazing, Bocah Tiongkok Panjat Tebing 800 Meter demi Sekolah
Tebing curam ini riskan menelan korban apabila anak-anak desa Atuler kurang fokus dan pegangan mereka ke tangga terlepas (Foto: Chen Jie/Beijing News)

ATULER, TIONGKOK, SATUHARAPAN.COM - Setiap hari anak-anak di desa Atuler, provinsi Sichuan, Tiongkok, harus mendaki tebing batu curam untuk mencapai rumah mereka di puncak gunung seusai sekolah. Mereka memanjatnya dengan menggunakan tangga setinggi 800 meter.

Beberapa di antara mereka telah tewas karena terjatuh.

Foto-foto tentang bagaimana dramatisnya perjalanan anak-anak ini telah diterbitkan oleh Beijing News, memunculkan kehebohan di Tiongkok (China) , dan memicu seruan agar pemerintah segera memberikan bantuan ke desa terpencil itu.

Foto-foto ini dibuat oleh Chen Jie, seorang  fotografer Beijing News yang karya fotonya tentang ledakan mematikan di Tianjin tahun lalu yang mendapat penghargaan dari World Press Photo awal tahun ini.

Lewat foto tampak bagaimana anak-anak dengan ransel di punggung, berangkat dari desa Atuler, menapaki tangga reyot yang nyaris berdiri vertikal, seakan menempel di tebing batu curam setinggi 800 meter.

Mereka merayap turun untuk bersekolah, dan kembali mendaki seusai sekolah.

Foto-foto yang menampilkan kengerian karena ancamannya bila terjatuh adalah kematian telah menyebar luas lewat internet di Tiongkok pekan ini.

Menurut The Guardian, yang melaporkan kembali kisah ini, Chen menggunakan akun WeChat untuk menggambarkan saat ia pertama kali menyaksikan 15 anak-anak sekolah di desa itu, yang berusia antara enam dan lima belas,  merayap di tebing.

"Tidak diragukan lagi, saya terkejut  dengan adegan yang saya lihat di depan saya," tulis dia, seraya menambahkan bahwa ia berharap foto-fotonya bisa membantu mengubah "realitas yang menyakitkan" di desa.

Api Jiti, kepala komunitas di desa itu yang beranggotakan 72 orang, mengatakan kepada media pemerintah, tidak cukup tersedia ruang untuk membangun sebuah sekolah untuk anak-anak setempat di puncak gunung tempat mereka tinggal.

Namun, bahaya juga jelas. Api Jiti mengatakan kepada Beijing News bahwa "tujuh atau delapan" penduduk telah jatuh dan meninggal ketika mereka kehilangan cengkeraman saat mendaki. Banyak juga yang terluka.

Perjalanan ke sekolah sekarang dianggap begitu melelahkan sehingga anak-anak itu kini terpaksa tinggal di asrama. Mereka  hanya kembali ke rumah di atas gunung bertemu keluarga dua kali sebulan.

Lebih dari 680 juta warga Tiongkok dilaporkan telah dientaskan dari kemiskinan sejak liberalisasi ekonomi pada tahun 1980-an. Tetapi kemiskinan masih ada di desa-desa.

Di desa Atuler, warga dilaporkan hidup dengan kurang dari US$ 1 per hari.

Sekretaris Partai Komunis di wilayah itu mengatakan tangga baja akan dibangun untuk menghubungkan dusun yang terpencil itu untuk sementara waktu, sebelum solusi permanen ditemukan.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home