Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 11:41 WIB | Kamis, 28 Juli 2016

Anak Korban Sinabung Diterima Kuliah Gratis di UGM

Laura Elva Apriyana Br Singarimbun. (Foto: ugm.ac.id)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Laura Elva Apriyana Br Singarimbun, alumnus SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, korban letusan Gunung Sinabung, diterima kuliah gratis di Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Walau gratis, semua itu diterima Laura bukannya tanpa perjuangan. Dua kali mengalami erupsi besar Gunung Sinabung pada tahun 2010 dan 2013, ternyata justru menempa Laura menjadi pribadi yang selalu tenang.

Peristiwa itu tidak meluruhkan semangatnya untuk tetap rajin belajar. Ia belajar keras agar nilai rapornya selalu baik. Tidak hanya belajar, ia pun aktif di Organisasi Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 1 Kabanjahe.

Laura berasal dari Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo. Rumahnya hanya berjarak 4 km dari puncak Gunung Sinabung.

Saat erupsi besar pertama pada tahun 2010, ia masih duduk di bangku SMP. "Saya masih kelas dua SMP. Sinabung meletus pas tengah malam. Semua langsung berlari menyelamatkan diri,” Laura mengenang.

Ia sempat libur panjang, dan tinggal di pengungsian. Ketika sekolah dibuka kembali, ia belajar di sekolah pada sore hari, bergantian dengan sekolah lain.

Pada erupsi besar kedua Gunung Sinabung, pada tahun 2013, Laura Elva sudah duduk di kelas X, SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo. Ia tidak lagi mengungsi, karena tinggal kos di dekat sekolah.

Laura memutuskan tinggal di dekat sekolah, karena tidak mungkin baginya pergi-pulang ke sekolah menempuh perjalanan lebih kurang 60 km jarak dari rumah setiap hari.

Ketika letusan besar kedua  terjadi, Laura tidak ikut berlari-lari mengungsi . Namun, tetap saja, ia akan tinggal di pengungsian jika kangen orangtua dan adik-adiknya.

“Pada saat letusan besar kedua terjadi, praktis orangtua saya tidak memiliki pendapatan,” ia mengenang. Ladang tempat orangtuanya bekerja rusak diterjang awan panas. Bahkan, orangtua dan adiknya tinggal di pengungsian yang kedua jauh lebih lama dibanding yang pertama.

Berharap Bisa Menjadi Anak Kebanggaan Orangtua  

Laura mengaku semua pengalaman itu justru membuatnya semakin kuat. Semangatnya tidak pupus. Bahkan ia terus menata kehidupan di SMA dengan belajar dan belajar. Ia bahkan aktif di Organisasi Intra Sekolah (OSIS).

Laura juga aktif bertanya tentang pelajaran ke kakak kelas yang pintar yang dia kenal. “Kepada teman-teman, sering juga minjam buku-buku, " katanya.

Laura mampu mempertahankan nilai rapornya selalu baik dan menunjukkan grafik naik. Rapor di kelas X dan XI nilai rata-ratanya B dan B+. Di kelas XII semester I, nilai rata-ratanya A-. "Karena sudah diterapkan kurikulum 2013, nilainya dengan huruf. Saya  suka pelajaran matematika dan biologi. Bahasa Inggris bagus, tapi ya tidak bagus-bagus banget," ucapnya, tersenyum.

Laura yang tidak bisa diam ternyata menyimpan banyak talenta. Dara yang suka membaca, menyanyi dan menonton ini pernah meraih gelar juara 1 lomba pidato bertema antinarkoba se-Kabupaten Karo dan juara 1 vokal group dalam rangka pekan budaya kabupaten.

Laura memimpikan dapat meneruskan semua hobi dan prestasi yang pernah ia raih pada saat kuliah di UGM nanti. Ia ingin aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara, Voli, dan Tari. 

Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, ia ingin menjadi teladan bagi dua adiknya, Titania (SMA) dan Ebi (SD). Ia pun berharap bisa menjadi anak kebanggaan orangtuanya.

Junaidi Singarimbun, ayah Laura, merasa senang dan bangga anaknya diterima kuliah gratis di UGM. Dengan hasil yang diraih Laura itu, menurut Junaidi, bisa menjadi hiburan atas segala bencana yang dialami selama ini.

"Saya berharap Laura bisa cepat menyesuaikan. Bisa belajar dan kuliah dengan baik dan lancar. Saya hanya bisa berdoa semoga ia bisa menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa," tutur Junaidi Singarimbun. (ugm.ac.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home