Loading...
RELIGI
Penulis: Ignatius Dwiana 14:38 WIB | Sabtu, 10 Mei 2014

Antikristen Meningkat Menjelang Kedatangan Paus di Israel

Seorang rahib berdiri di samping grafiti yang disemprotkan pada dinding di pintu masuk ke Biara Latrun dekat Yerusalem tanggal 4 September 2012. (Foto: Reuters/Baz Ratner)

ISRAEL, SATUHARAPAN.COM – Serangan dan ancaman atas umat Kristen dan tempat-tempat suci mereka meningkat secara dramatis menjelang kunjungan tiga hari Paus Fransiskus di Israel pada 24 Mei.

Grafiti kebencian terbaru seperti ‘King David for the Jews’ (Raja Daud bagi orang Yahudi) dan ‘Jesus is garbage’ (Yesus adalah sampah) disemprotkan dalam bahasa Ibrani di Gereja Ortodoks Rumania di Yerusalem, seperti diberitakan pada Jumat (9/5).

Grafiti itu menjadi serangan ke-20 di Israel pada 2014. Tahun ini para ekstremis Yahudi menyemprotkan grafiti ‘Death to Arabs (Matilah orang Arab)’, ‘America is Nazi Germany (Amerika adalah Nazi Jerman)’, dan ‘Jesus monkey, Maria cow (Yesus monyet , Maria sapi)’ di tempat-tempat suci umat Kristen. Gereja menyebutkan tindakan itu sebagai ‘vandalisme teroris’.

Patriarkat Latin Yerusalem, Penjaga Tanah Suci, memberikan tanggapan melalui situs resminya setelah ruangan di depan Kantor Majelis Para Uskup Vatikan dirusak pada Senin (5/5) sebelumnya. Disebutkan, "Gelombang fanatisme dan intimidasi atas orang-orang Kristen terus berlanjut." Pernyataan itu berlanjut, "telah ada teror selama beberapa waktu”, dan mengungkapkan keprihatinan belum adanya kecaman atas serangan terbaru yang dikeluarkan pejabat Pemerintah Israel. Patriarkat Latin juga mencatat ketiadaan atau kelemahan penuntutan dari kasus itu dan mengungkapkan kekhawatiran akan meluasnya kejadian itu.

Aksi perusakan dan terutama ancaman pembunuhan atas orang Kristen pekan lalu di Galilea telah membangkitkan emosi dan solidaritas. "Selama lebih dari seminggu saya benar-benar seperti seorang tahanan bersama dengan teman saya di ruang tamu Patriarkal Vikariat di Nazareth. Di tempat itu ada kunjungan terus menerus oleh individu dan kelompok pelbagai agama, Muslim, Druze, Kristen dari semua denominasi, kalangan akademisi Yahudi dan asosiasi dialog,” kata Vikaris Patriarkal untuk Israel, Uskup Giacinto Boulos Marcuzzo.

Selain pencarian fakta ke polisi setempat, tidak ada gerakan solidaritas dan kecaman datang sisi politik Israel. Ini terasa mengejutkan secara mendalam, "Kami merasa tidak aman atau dilindungi."

Para Uskup sangat prihatin tentang kurangnya keamanan dan kurangnya tanggapan dari sektor politik, dan mengkhawatirkan kekerasan meluas. Teror terjadi beberapa waktu. Berawal dari grafiti, kemudian berganti perusakan ban mobil, pelbagai tindakan vandalisme dan penjarahan properti atau simbol Kristen. Mengingat tidak adanya tindakan atau lemahnya penuntutan, vandalisme muncul dengan ancaman ke pribadi-pribadi.

Laporan Amerika Serikat baru-baru ini menerbitkan gejala Mekhir Tag (Price Tag) dan aspek lain vandalisme teroris itu yang cukup jelas dan mengganggu. Lebih dari 400 kasus telah tercatat dan sebagian besar tidak diusut.

Para Pemimpin Gereja di Tanah Suci sedang mempersiapkan serangkaian tindakan yang bertujuan menginformasikan opini publik lokal dan internasional untuk mendorong Pemerintah Israel dan aparat penegak hukum menyadari tanggung jawab mereka.

Polisi Israel dan Badan Intelijen Israel Shin Bet mengkhawatirkan peningkatan kejahatan rasial besar atas umat Kristen dan atau tempat-tempat suci mereka yang dilakukan para ekstremis Yahudi menjelang kunjungan Paus.

Sementara Menteri Keamanan Dalam Negeri Yitzhak Aharonovitch mengatakan Israel bermaksud mengenakan penahanan administratif atas ekstremis Yahudi.

Meskipun polisi telah membuat sejumlah penangkapan, tidak ada tuntutan yang berhasil atas tindakan vandalisme. Pemerintah Israel juga telah ditekan untuk mengizinkan Shin Bet ikut menangani vandalisme.

Direktur Kantor Media di Patriarkat Latin Yerusalem Myriam Ambroselli menulis dalam sebuah artikel tentang serangan vandalisme itu, "Untuk sebuah negara yang membanggakan dirinya terus menerus ada keinginan memastikan berapa pun harga keselamatan warganya, perluasan kekerasan baru-baru ini adalah sebuah noda. Dan bagaimana dengan kurangnya pesan solidaritas atas kepahitan orang-orang Kristen yang sedang bersiap untuk menerima Paus dalam beberapa hari ini?"

Pemerintah Israel berusaha menjauh dari persoalan serangan vandalisme ini. Tetapi Pemerintah Israel juga tengah berusaha mengurangi ke-Arab-an orang Kristen dan aktif merekrut orang Kristen masuk tentara Israel untuk memisahkan mereka dari masyarakat Palestina umumnya. Selain itu, mereka menembok dan mencuri tanah Gereja, memisahkan biarawati dari biara mereka, dan menolak orang Kristen dan Muslim memasuki tempat-tempat suci mereka dalam memperingati hari-hari keagamaannya. (mondoweiss.net)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home