Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 06:30 WIB | Sabtu, 05 Oktober 2019

Apa Yang terjadi, Jika Pakistan dan India Terlibat Perang Nuklir

Akibat perang dengan senjata yang mematikan secara massal. (Foto ilustrasi dari dawn.com)

SATUHARAPAN.COM – “Tahun 2025, ketika kelompok gerilyawan Jammu Khasmir menyerang parlemen India, menewaskan sebagian besar pemimpinnya. Pihak New Delhi lalu membalas dengan mengirim tank ke Azad Jammu dan Kashmir (AJK).

 

Khawatir akan dikuasai, pihak Islamabad menyerang pasukan India dengan senjata nuklir, dan memicu konflik paling mematikan dalam sejarah dunia. Terjadi pendinginan global yang dahsyat, dengan suhu yang tidak terpantau sejak Zaman Es terakhir.”

Ini adalah sebuah model skenario yang dibuat oleh para peneliti dalam sebuah makalah baru yang diterbitkan baru-baru ini, mengandaikan terjadi perang nuklir antara India dan Pakistan akibat sengketa Jammu Khasmir, yang sekarang tengah memanas.

Model itu memperkirakan akibat senjata nuklir adalah lebih dari 100 juta orang mati seketika, diikuti oleh kelaparan massal secara global, setelah awan hitam yang tebal dalam jumlah megaton menghalangi sinar matahari selama satu dekade.

Model itu, seperti dikutip Dawn.com, dibuat terkait ketegangan baru antara dua negara pemilik senjata nuklir di Asia Selatan. Keduanya telah berperang beberapa kali di Lembah Kashmir.

Kedua negara saat ini masing-masing memiliki sekitar 150 senjata dengan hulu ledak nuklir. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 200 buah pada tahun 2025.

"Sayangnya, ini tepat waktunya, karena India dan Pakistan masih dalam konflik atas Kashmir, dan setiap bulan Anda dapat membaca tentang orang-orang menderita di sepanjang perbatasan," Alan Robock, seorang profesor ilmu lingkungan di Rutgers University, yang turut menulis makalah dalam “Science Advances”, kepada AFP.

Negara Senjata Nuklir

Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah membatalkan otonomi Kashmir yang diduduki pada Agustus lalu. Dan pihak Pakistan, perdana Menteri Imran Khan, memperingatkan PBB pekan lalu bahwa konflik itu bisa meningkat menjadi perang nuklir.

Kedua negara terakhir terlibat konflik perbatasan pada bulan Februari, tetapi mereka menarik diri dari tepi jurang perang setelah Pakistan mengembalikan pilot India yang jatuh dan ditangkap.

India memiliki kebijakan “tidak ada serangan pertama”, tetapi memiliki hak untuk melakukan tanggapan nuklir terhadap setiap serangan senjata pemusnah massal.

Pernyataan India tentang kebijakan 'tidak ada penggunaan yang pertama' pada senjata nuklir dinilai sebagai tidak bertanggung jawab, menurut pihak Pakistan.

Sementara itu, Imran Khan, pernah mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya tidak akan memulai perang, dan menyebutkan perang sebagai pilihan yang bodoh.

Pakistan telah menyatakan akan menggunakan senjata nuklir jika tidak dapat menghentikan invasi dengan cara konvensional atau diserang terlebih dahulu dengan senjata nuklir.

Para penulis makalah menyebutkan bahwa walaupun skenario mereka membuat Pakistan menarik pelatuknya lebih dulu, mereka tidak bermaksud mengatakan bahwa mereka percaya ini lebih mungkin terjadi.

Kelaparan Massal

Kedua negara sebenarnya merdeka sebagai satu negara dari penjajahan Inggris. Berdasarkan jumlah penduduk keduanya saat ini dan pusat-pusat kota yang kemungkinan akan menjadi sasaran, para peneliti memperkirakan hingga 125 juta orang bisa terbunuh jika kedua negara mengeluarkan sebagian besar senjata dengan hasil teknologi tertinggi.

Skenario paling ekstrem ini akan melibatkan penggunaan 100 kiloton senjata, lebih dari enam kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hiroshima.

Satu semburan ke udara dari bom semacam itu dapat membunuh dua juta orang dan melukai 1,5 juta. Namun, sebagian besar kematian akan terjadi akibat badai api yang mengamuk setelah ledakan itu.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home