Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 11:53 WIB | Sabtu, 28 September 2019

Arab Saudi Buka Diri untuk Turis Asing: Perempuan Tak Wajib Pakai Abaya

Al-Turaif, daerah bersejarah di Al-Dir'iyah, barat laut Riyadh, kota cikal bakal keluarga Kerajaan Saudi, dan ibu kota pertama pada rentang 1744 hingga 1818. (Foto: whs.unesco.org)

ARAB SAUDI, SATUHARAPAN.COM – Arab Saudi untuk pertama kali membuka diri untuk wisatawan asing, sebagai bagian dari upaya menghentikan ketergantungan ekonomi pada minyak dengan membuka sektor pariwisata.

Saudi akan meluncurkan skema visa untuk 49 negara, langkah pertama yang dilakukan setelah sebelumnya hanya terbatas pada visa umroh dan haji, pebisnis, dan pekerja asing.

Namun, Mekkah dan Madinah tetap tertutup untuk non-Muslim.

Menteri Pariwisata Ahmad al-Khateeb mengatakan itu adalah suatu “momen bersejarah” bagi negaranya.

Langkah ini diharapkan dapat mendorong sektor penanaman modal dari industri pariwisata. Kerajaan berharap sumbangan pariwisata akan meningkat dari 3 persen menjadi 10 persen dalam produk domestik bruto pada tahun 2030.

“Pengunjung akan terkejut ... dengan kekayaan yang kami miliki untuk kami pamerkan (kepada para wisatawan) - lima Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO, kekayaan budaya setempat dan keindahan alam,” kata al-Khateeb.

Perempuan asing tidak diwajibkan memakai abaya atau jubah yang harus dipakai perempuan Saudi di tempat umum. Tetapi, para turis tetap harus memakai pakaian yang sopan. Juga tidak akan ada batasan bagi perempuan yang mengunjungi Saudi tanpa pendamping.

“Kami memiliki kebudayaan. Kami meyakini teman dan tamu kami akan menghormati kebudayaan, tetapi sudah pasti haruslah sopan dan ini harus sangat jelas,” kata al-Khateeb.

Warga non-Muslim masih tidak diizinkan mengunjungi kota suci seperti Mekkah dan Madinah. Larangan alkohol juga tetap berlaku.

Perincian kebijakan ini, termasuk negara-negara yang berhak mendapatkannya, akan diumumkan kemudian.

Menteri Pariwisata Ahmad al-Khateeb uga mengatakan tidak percaya bahwa serangan terhadap industri minyak Saudi pada hari Sabtu (14/9) akan membuat orang enggan berkunjung.

“Kota-kota kami adalah salah satu yang paling aman di dunia. Karena itu, kami sama sekali tidak percaya itu akan berpengaruh. Banyak orang asing hidup di Arab Saudi, menikmati Arab Saudi. Kami sangat aman,” katanya.

Harapan Pariwisata

Langkah untuk membuka pariwisata adalah bagian penting dari program reformasi ekonomi yang lebih luas dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.

Berdasarkan rencana itu, Arab Saudi ingin meningkatkan kunjungan internasional dan domestik menjadi 100 juta orang pada tahun 2030. Pemerintah berharap akan menciptakan satu juta pekerjaan di bidang pariwisata.

Kebijakan itu muncul sementara citra kerajaan ternoda akibat kecaman catatan hak asasi manusianya setelah terjadinya pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi pada tanggal 2 Oktober 2018, dan penggerebekan terhadap pegiat hak perempuan baru-baru ini.

Pada tahun 2017, Arab Saudi mengumumkan proyek pengembangan pariwisata besar-besaran yang akan mengubah 50 pulau dan tempat-tempat lain di Laut Merah menjadi daerah wisata mewah.

Tahun lalu, pembangunan “kota hiburan” Qiddiya di dekat Riyadh telah dimulai, yang di antaranya akan berisi taman hiburan mewah, sarana olah raga bermotor dan wisata safari. (bbc.com)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home