Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 11:15 WIB | Selasa, 08 Maret 2016

AS Akan Rilis Data Korban Serangan Drone

ILustrasi: Pesawat tanpa awak (drone) yang digunakan AS untuk menyerang target yang diduga kelompok teroris. (Foto; Ist)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Amerika Serikat untuk pertama kalinya akan merilis angka korban dari program pesawat tak berawak (drone) yang kontroversial, kata para pejabat, hari Senin (7/3). Hal itu dilakukan di tengah kritikan serangan udara itu sering membunuh warga sipil, bukan target teror yang dimaksudkan.

Lisa Monaco, penasihat senior keamanan Presiden Barack Obama, mengatakan, pemerintah akan menerbitkan review serangan udara pada target teror di seluruh dunia. Dan akan diungkapkan tentang jumlah korban di kalangan jihadis maupun warga sipil.

Laporan itu terkait janji Obama pada 2013 yang akan lebih transparan dalam program drone AS yang telah menjadi kunci upaya kontraterorisme AS. Program itu dikritik terlalu tidak jelas dan sering membunuh warga sipil.

"Dalam pekan mendatang, administrasi publik akan merilis penilaian korban kombatan dan non-kombatan dari serangan di luar area pertempuran aktif sejak 2009," kata Monaco dalam sambutannya dalam pidato di Washington, seperti dikutip AFP.

Laporan seperti itu, kata dia, akan diterbitkan setiap tahun.

Senjata Melawan Teroris

Sebuah perang global terus berkembang terhadap kelompok-kelompok ekstremis dan AS sangat bergantung pada drone untuk memantau wilayah pertempuran dan meluncurkan peluru kendali dengan target diduga ekstremis di negara-negara seperti Pakistan, Somalia dan Yaman.

Obama telah secara drastis memperluas program drone ini selama masa jabatannya, tapi pemerintahnya menyampaikan sedikit sekali informasi tentang serangan tersebut.

Kegagalan Obama

Para kritikus mengatakan bahwa banyak serangan drone membunuh warga sipil, dan mengabaikan pesawat dan meradikalisasi warga masyarakat lokal di daerah serangan.

Sebuah laporan oleh lembaga non-partisan, Stimson Center, bulan lalu menilai pemerintahan Obama gagal dalam tiga bidang: kurangnya kemajuan merilis informasi tentang target serangan drone, mengembangkan mekanisme akuntabilitas yang lebih baik, dan menjelaskan dasar hukum program drone yang mematikan.

serangan drone AS juga membunuh warga Barat, seperti pada bulan Januari tahun 2015 ketika warga AS disandera Al-Qaeda, Warren Weinstein, dan Giovanni Lo Porto, warga Italia, tewas dalam serangan. Obama menyatakan "permintaan maaf yang dalam" kepada keluarga mereka.

Menurut Stimson Center, AS memiliki pangkalan pesawat tak berawak di belasan negara, termasuk Afghanistan, Djibouti, Ethiopia, Kuwait, Niger, Filipine, Qatar, Arab Saudi, Turki dan Uni Emirat Arab.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home