Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 12:03 WIB | Rabu, 03 September 2014

AS Dukung Demonstran Hong Kong Perjuangkan Demokrasi

Demonstrasi di Hong Kong, Senin (1/9) malam. Pengunjuk rasa menuntut Pemerintah Tiongkok untuk membebaskan jumlah kandidat yang mencalonkan diri menjadi Ketua Eksekutif Hong Kong. (Foto: AFP)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Amerika Serikat pada Selasa (2/9) memberikan dukungannya kepada demonstran prodemokrasi di Hong Kong. Demonstran mendesak Pemerintah Tiongkok tidak membatasi jumlah calon Ketua Eksekutif Hong Kong pada Pemilu 2017.

Namun, Beijing menolak memberikan hak penuh pemilihan kepada penduduk di teritorial itu. “Amerika Serikat mendukung hak pilih universal di Hong Kong sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan aspirasi rakyat Hong Kong,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki.

“Kami yakin bahwa sebuah masyarakat terbuka dengan kemungkinan besar menjadi wilayah otonomi dan diatur oleh undang-undang merupakan hal penting bagi stabilitas dan kesejahteraan Hong Kong.”

Undang-Undang Dasar Hong Kong adalah konstitusi mini Hong Kong. Psaki menambahkan legitimasi pemimpin eksekutif Hong Kong mendatang akan “sangat diperkuat” jika dia dipilih oleh “hak pilih universal” – sesuai “tujuan utama Undang-Undang Dasar.”

Mantan Gubernur Hong Kong Desak Inggris Tanggapi Reformasi

Menanggapi kasus ini, mantan gubernur Hong Kong mendesak Inggris untuk buka suara soal reformasi pemilihan kepala wilayah yang dilakukan Tiongkok, menyatakan bahwa London “memiliki tanggung jawab moral atas apa yang terjadi di Hong Kong.”

Dalam sebuah artikel di Financial Times, Chris Patten, gubernur terakhir Hong Kong sebelum Inggris menyerahkan kedaulatannya kepada Tiongkok pada 1997, mengatakan Inggris harus membela demokrasi di bekas koloninya.

“Inggris Raya memiliki ‘kewajiban moral dan politik’ untuk memastikan bahwa Tiongkok menghargai komitmennya” guna menjamin norma kehidupan Hong Kong 50 tahun sejak 1997, tulis Patten.

Tajuk utama tersebut muncul setelah demonstran bersumpah akan melakukan ketidakpatuhan sipil sebagai respons atas keputusan Tiongkok untuk memilih kandidat pemimpin baru Hong Kong.

Amerika Serikat mengatakan mereka mendukung hak pilih universal di Hong Kong.

Polisi Hong Kong Tangkap 22 Demonstran Prodemokrasi

Sebelumnya, kepolisian Hong Kong menangkap sedikitnya 22 orang dalam serangkaian protes yang menargetkan seorang pejabat senior Tiongkok yang sedang berkunjung di kota itu, ungkap otoritas pada Selasa.

Kota tersebut dilanda krisis politik setelah aktivis prodemokrasi berjanji akan turun ke jalan di distrik keuangan menyusul penolakan Beijing memberikan warga hak pilih universal secara penuh.

Li Fei, anggota parlemen Tiongkok yang hanya memiliki kekuasaan de jure, diserang oleh demonstrasi sepanjang kunjungannya ke bekas koloni Inggris itu – termasuk cercaan dari anggota parlemen dalam sebuah pidato pada Senin.

Ia dipaksa berbicara di tengah teriakan para legislator pro-demokrasi dan demonstran dalam sebuah pertemuan dengan pejabat setempat di kota di Tiongkok selatan.

Li berada di Hong Kong untuk menjelaskan rencana kontroversial Tiongkok untuk mengontrol pencalonan kandidat dalam pemilu kepemimpinan mendatang di kota itu, keputusan yang mendorong aktivis prodemokrasi memulai apa yang mereka gambarkan sebagai “era perlawanan sipil” baru.

Saat Li mendekati podium untuk berbicara di pusat konvensi Asia World Expo, legislator Leung Kwok-hung mulai meneriakinya sambil mengepalkan tinjunya ke udara.

Kemudian sejumlah legislator pro-demokrasi lainnya turut berteriak dan beberapa demonstran lebih muda membentangkan sebuah spanduk di depan podium tempat Li berbicara serta meneriakkan: “Pemerintah pusat melanggar janjinya, tidak tahu malu.”

Para demonstran tetap berjaga di luar hotel tempat Li menginap dengan bentrokan baru pecah pada Senin malam.

“Dalam protes tersebut, partisipan secara paksa mendorong penghalang, yang dipasang di garis penjagaan dan berlari ke jalan raya,” kata polisi dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan pada Selasa.

Petugas menahan 19 orang di luar Grand Hyatt Hotel di distrik Wan Chai pada Senin malam. Sebanyak 18 pengunjuk rasa ditangkap karena “menggelar perkumpulan tidak sah,” menurut pernyataannya. Aktivis lain ditangkap karena menghalangi polisi.

Sebelumnya pada hari itu, polisi menggunakan semprotan merica ke arah demonstran di pusat konvensi di pinggiran kota tempat Li menyampaikan pidatonya, yang diselingi interupsi dari para pengunjuk rasa dan anggota parlemen prodemokrasi.

Tiga orang akhirnya ditangkap karena membuat kekacauan di tempat umum, tutur kepolisian. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home