Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:12 WIB | Sabtu, 27 Agustus 2016

Atlet Olimpiade Lebih Prioritaskan Memuliakan Tuhan daripada Medali

Atlet Olimpiade Lebih Prioritaskan Memuliakan Tuhan daripada Medali
Abbey D’Agostino (seragam biru) ditolong pelari Selandia Baru, Nikki Hamblin (kanan) di Olimpiade 2016. (Foto: rio2016.com)
Atlet Olimpiade Lebih Prioritaskan Memuliakan Tuhan daripada Medali
Pemanah putri AS, Mackenzie Brown. (Foto: archery360.org)
Atlet Olimpiade Lebih Prioritaskan Memuliakan Tuhan daripada Medali
Atlet menembak putra AS, Vincent Hancock. (Foto: usatoday.com)

SATUHARAPAN.COM – Situs berita online yang menyajikan berita tentang kiprah umat Kristiani di dunia, Christian Post, hari Kamis (25/8), menurunkan feature tentang beberapa atlet Amerika Serikat (AS) di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, yang melakukan tindakan, perkataan dan perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai Kristiani, walaupun mereka tidak mendapat medali di ajang olahraga empat tahunan dunia tersebut.

Pelari Putri Abbey D’Agostino

Pada urutan pertama Christian Post menampilkan pelari putri nomor 500 meter, Abbey D'Agostino. Pelari putri berusia 24 tahun tersebut mencerminkan nilai-nilai Olimpiade, yang dia tunjukkan saat menjalani lari nomor 5.000 meter.

Saat D’Agostino menempuh jarak 2.000 meter, dia mengalami cedera, dan sempat terjatuh. Namun, D’Agostino merasakan kuasa Tuhan dalam lintasan lari tersebut, karena ditolong pelari putri Selandia Baru, Nikki Hamblin, yang membantunya berdiri.

Saat para pelari mencapai jarak 3.000 meter, giliran Nikki Hamblin yang terjatuh, dan D’Agostino yang berada beberapa meter di depan Hamblin sebenarnya bisa saja meninggalkan pelari Selandia Baru tersebut. Namun, D’Agostino merangkul Hamblin, dan mereka bisa mengikuti lomba hingga selesai, walaupun kedua pelari berbeda kewarganegaraan itu tidak memenangkan medali karena mereka menempati urutan ke-14 dan ke-15 di peringkat akhir nomor 5.000 meter putri.

“Saling menolong merupakan cara yang dipersiapkan Tuhan dalam hati saya, dan saya harus siap menanggapi situasi itu,” kata D’Agostino setelah lomba.

Ia mengemukakan, dengan menolong sesama atlet, merupakan cara yang menurut dia paling rasional untuk menyambut kuasa Tuhan.

“Selama berada di Rio de Janeiro hidup saya benar-benar berarti. Dia (Hamblin, Red) menyadarkan saya bahwa pengalaman saya di Rio akan lebih berarti daripada keunggulan negara saya di Olimpiade,” kata D’Agostino.  

Beberapa hari setelah Olimpiade berakhir, D’Agostino menerima "Fair Play Award" dari Committee International Fair Play dan Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC).

Pelari putri asal Massachusetts tersebut merupakan lulusan sebuah perguruan tinggi di New Hampshire, Amerika Serikat, Dartmouth College. Dia mengatakan selama menjalani studi dia tidak terlalu memperhatikan tentang nilai-nilai akademis, namun lebih mementingkan nilai-nilai keimanan.

“Saya terlibat dengan beberapa organisasi Kristen di Dartmouth, jadi saya berharap untuk menemukan sebuah gereja baru dan membuat teman-teman baru di sana," kata dia.

D’Agostino sadar sebagai atlet, dia tidak bekerja dan berusaha sendirian. Dia menyadari Tuhan  Allah telah mengatur seluruh perjalanan hidupnya.

“Tuhan mengatur perjalanan yang indah dalam hidup saya. Setelah olimpiade sepertinya saya merasa telah belajar banyak, ada banyak pasang dan surut," kata dia.

Olimpiade 2016 merupakan penampilan pertama bagi D’Agostino. Sebelumnya dia berlomba di kejuaraan tingkat lokal, yakni saat dia berlomba di 2015 US Open Track and Field Championships di Oregon. Dia tidak berhasil meraih medali.

Kemudian di kejuaraan lainnya, US Athletics Indoor 2016 di Portland, dia menempati peringkat keempat.

Pemanah Putri, Mackenzie Brown

Atlet lain yang disorot Christian Post, yakni pemanah putri, Mackenzie Brown. Saat berlomba di Olimpiade 2016, Brown terhenti di babak 32 besar nomor individual. Pemanah berusia 21 tahun ini menempati urutan ke-19 dengan nilai 641.

Di situs resmi Olimpiade 2016, rio2016.com, di klasemen akhir perolehan medali cabang olahraga panahan, Korea Selatan menempati posisi teratas dengan empat medali emas dan satu perunggu, sementara Amerika Serikat ada di urutan kedua dengan satu perak, dan satu perunggu. Urutan ketiga sampai kelima berturut-turut ditempati Prancis, Jerman dan Rusia dengan sama-sama meraih satu perak. 

Pemanah putri asal Texas ini mengatakan meskipun tidak bisa memenangkan medali Olimpiade, Brown percaya kuasa Tuhan selalu memberi dia penguatan dan kegagalan adalah pengalaman berharga bagi dia.

“Mungkin saja saya gagal kali ini, namun saya akan lebih baik di Olimpiade berikutnya,” kata dia.

Menurut dia, kegagalan di sebuah ajang atau kompetisi seharusnya tidak membuat seseorang patah semangat, sebaliknya harus lebih giat bersaksi seperti tertulis dalam Alkitab di 2 Timotius 1:8-9: “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kitam melainkan berdasarkan maskdu dan kasih Karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Krists Yesus sebelum permulaan zaman.”   

Dia menjelaskan bahwa panahan merupakan passion atau semangat  hidupnya. “Dengan panahan saya tidak hanya membuat bangga diri saya sendiri, namun juga melayani Tuhan,” kata Brown.

Atlet Menembak Putra AS, Vincent Hancock

Vincent Hancock adalah atlet menembak putra AS yang berpartisipasi di Olimpiade 2016.

Pada Olimpiade 2008 di Beijing dan 2012 di London, atlet menembak berusia 27 tahun ini mempersembahkan medali emas bagi Negeri Paman Sam. Namun, saat berlomba di Rio de Janeiro yang baru selesai beberapa waktu lalu, Hancock tidak mendapatkan raihan medali yang sama.

Hancock tetap memuliakan Tuhan walau tidak berhasil mendapat raihan yang sama seperti di Olimpiade sebelumnya.

“Beberapa hari sebelum Olimpiade selesai saya berharap saya masih bisa mendapat medali, namun saya tahu Tuhan menempatkan saya di sini (Olimpiade, Red) untuk melakukan apa yang seharusnya saya kerjakan,” kata dia.

Hancock mengemukakan kegagalan di Olimpiade 2016 bukan berarti dia patah semangat, karena menurut dia Tuhan memberi kesempatan atlet lain di Olimpiade ini untuk berprestasi sama seperti Hancock.

“Lewat kegagalan ini, saya diberi kesempatan untuk belajar tentang siapa diri saya,” kata dia.

Hancock mengaku masih memimpikan meraih medali lagi di Olimpiade. Bila berhasil memberi medali emas bagi AS pada Olimpiade mendatang di Tokyo pada 2020, itu adalah cita-cita yang memang ingin dia raih.

Dalam kegagalan, dia menghibur diri sendiri dengan mengatakan dalam kegagalan Tuhan menyediakan kegembiraan seperti tertuang dalam Mazmur 37:4 yang berbunyi: “Bergembiralah karena Tuhan, dan Dia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu."

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home