Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 10:00 WIB | Minggu, 18 Oktober 2015

Atlet Tuna Rungu DKI Berharap Keajaiban di Peparda 2015

Atlet Tuna Rungu DKI Berharap Keajaiban  di Peparda 2015
Ilustrasi: atlet tuna rungu Provinsi DKI Jakarta Asep Saefullah (belakang, kaus pink), Billy Apriringa (jaket merah), Hendri Gunawan (jaket hijau) dan Jonatahan Oktavian (kaus putih) saat melakukan pemanasan di Kompleks Olah Raga Rawamangun bebrapa waktu lalu. (Foto-foto: DOk. satuharapan.com).
Atlet Tuna Rungu DKI Berharap Keajaiban  di Peparda 2015
Atlet tuna rungu, Yulaikha Nur Aini (jaket biru), pelatih fisik atletik Triynato (topi kuning), Hendri Gunawan (kaus hitam) dan Billy Apriringa di Kompleks Olah Raga Rawamangun bebrapa waktu lalu.

SATUHARAPAN.COM – Bahasa yang digunakan manusia untuk bercakap-cakap sehari-hari terbagi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan. Keduanya menjadi materi penting dalam berkomunikasi. Pernahkah terbayangkan hidup tanpa suara di sekeliling kita ? biasanya kita akan mengorek-orek gendang telinga kita. Mencari apa yang menghambat fungsi pendengaran manusia.

Kini kita akan mencoba merasakan “suasana sepi” yang terjadi di sebuah cabang olah raga seperti  yang sehari-hari  dijalani para atlet tuna rungu Provinsi DKI Jakarta antara lain Yulaikha Nur Aini mewakili cabang lari, Asep Saefullah mewakili cabang tolak peluru, Hendri Gunawan dan  Billy Apriringga di lari nomor 100 meter,  Jonathan Oktavian mewakili nomor lempar lembing.

Mereka berlatih setiap hari Selasa dan Jumat mulai pukul 13:30 di Kompleks Olah Raga Rawamangun, Jakarta.  Komunikasi yang mereka lakukan saat  berlatih yakni  dengan menggunakan bahasa isyarat yang a la kadarnya (bukan bahasa isyarat profesional). Dari pengamatan interaksi di antara mereka terkadang ada salah satu dari mereka yang  berusaha mengucapkan kalimat namun lawan bicaranya saling  tidak memahami maksud ucapan rekannya.

Menurut pengamatan satuharapan.com, dalam beberapa kesempatan latihan para atlet tuna rungu mengusahakan berkomunikasi dengan pelatih atletik cabang difabel, Triyanto tentang materi latihan dengan bahasa isyarat. Komunikasi dengan bahasa isyarat yang terlihat saat Triyanto menyuruh atlet tuna rungu melakukan pemanasan dengan dua kali mengitari Stadion Atletik, Rawamangun.

Sesekali para atlet memberi isyarat haus yakni dengan mengarahkan jempol mereka ke arah mulut, sambil membuka mulut. Triyanto yang paham dengan isyarat tersebut langsung berteriak, “Istirahat!”. Triyanto tidak hanya berteriak tetapi juga melakukan isyarat yang sama kepada para atlet.    

Triyanto pernah mengungkapkan kepada satuharapan.com, dia sesungguhnya ingin khusus memperhatikan para atlet difabel dari satu jenis disabilitas saja, tetapi tidak bisa karena Triyanto juga melatih atlet tuna daksa, dan atlet kursi roda  

Berbicara tentang harapan dan cita-cita, para atlet tuna rungu yang masih berusia remaja–-seperti diterjemahkan pelatih atletik difabel, Triyanto kepada satuharapan.com beberapa waktu lalu–--pada dasarnya para atlet mereka ingin berprestasi dalam keterbatasan. 

Triyanto menceritakan para atlet tuna rungu Provinsi DKI Jakarta yang biasa berlatih di bawah arahan Triyanto tinggal di sebuah mess atlet di Koja, Jakarta Utara. “Setiap latihan mereka ke sini naik motor, mereka ada SIM Khusus untuk naik motor, nah mereka semua sudah dewasa bisa naik kendaraan sendiri,” kata Triyanto, Jumat (21/8).

Peparda 2015

Dalam Pekan Paralimpiade Daerah (Peparda) 2015 para atlet tuna rungu akan diperlombakan di berbagai cabang olah raga tenis meja, atletik, dan renang.

Triyanto  mengemukakan  beberapa waktu lalu bahwa atlet yang berlatih di bawah asuhannya sudah ditekankan untuk berlatih keras karena akan menghadapi Peparda 2015, karena hasil dari Peparda akan menjadi acuan untuk Peparnas 2016 yang akan berlangsung di Bandung, Jawa Barat.

“Setelah memasuki masa libur Idul Fitri mereka masih akan recovery kondisi fisik terlebih dahulu, kemudian mereka akan berlatih seperti sedia kala,” kata Triyanto, Jumat (21/8).

Triyanto menceritakan dalam kehidupan sehari-hari atlet tuna rungu tidak sepenuhnya berada di bawah Porturin (Perhimpunan Olah Raga Tuna Rungu Indonesia), namun berlatih bersama dengan  National Paralympic Committee (NPC) Provinsi DKI Jakarta yang merupakan organisasi yang mengurusi cabang olah raga bagi atlet tuna daksa.

Menjelang Peparda 2015, Triyanto menekankan agresivitas dan kecepatan lari para atlet tuna rungu yang dia latih agar mampu menunjukkan kemampuan terbaik.

Lewat goresan pena, para atlet tuna rungu menjelaskan keinginannya untuk mempersembahkan yang terbaik di Peparda 2015.

Misalnya, Hendri Gunawan yang menginginkan juara 1. “Juara satu,” tulis Hendri saat menjawab pertanyaan satuharapan.com dalam secarik kertas, hari Jumat (16/10).

Sesungguhnya masih ada beberapa pertanyaan lagi terkait Peparda 2015 yang diajukan satuharapan.com namun Hendri tidak menjawabnya.

Sementara itu dua jawaban yang nyaris serupa dituliskan Billy dan Jonathan. Jawaban mereka berdua terkait dengan kondisi kesehatan.

“(Di Peparda 2015,red), ingin sehat dan kuat,” tulis Jonathan dalam secarik kertas yang disodorkan satuharapan.com.

“Billy akan semangat karena kesehatan,” tulis Jonathan dalam secarik kertas yang disodorkan satuharapan.com.

Peparda 2015 akan mempertandingkan lima cabang olah raga antara lain atletik, tenis meja, renang, bulu tangkis, dan catur. Triyanto menjelaskan pembagian cabang olah raga dalam Peparda 2015 berbeda dengan cabang olah raga nomor umum. Karena cabang olah raga tersebut masih dibagi lagi dengan berdasar pada jenis kondisi fisik difabel yang dimiliki atlet tersebut.

Misalnya, cabang olah raga atletik, tenis meja, renang, bulu tangkis akan terbagi lagi  untuk tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, dan tuna daksa.  Sementara untuk catur khusus untuk tuna netra.

Triyanto  mengemukakan bahwa atlet difabel membutuhkan dukungan sponsor tidak hanya untuk tuna daksa, dan tuna rungu tetapi juga tuna netra dan tuna grahita agar dapat berkompetisi dengan baik.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home