Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 19:17 WIB | Sabtu, 28 Maret 2015

Autisme, Pemulihan Dimulai dari Rumah

Ilustrasi. (Foto: halsteadgazette.co.uk)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM –  Masyarakat memandang autisme sebagai suatu penyakit mental yang harus segera diatasi agar perilaku penderita autisme atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat kembali normal.

Padahal, Dr. Lavinia Suryadi, dokter ahli biomedik, mengatakan, autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) bukan sekadar gangguan perilaku sosial, namun merupakan penyakit sistemik, yakni gangguan sistem organ yang beraneka ragam sehingga mempengaruhi perkembangan otak.

Untuk mengeluarkan anak dari kondisi autisme, peran orang tua menjadi hal yang sangat penting.
Orang tua cenderung memikirkan program terapi perilaku sebagai hal yang utama. Mereka lupa bahwa harus ada yang ditangani terlebih dahulu sebelum memberikan terapi kepada ABK, yakni perbaikan kesehatan tubuh anak penderita autisme.

Konferensi Autisme di Balai Kartini Jakarta, pada Jumat (27/3), mengusung suatu tema unik “Pemulihan Dimulai dari Rumah!”. Dr Lavinia memberikan tips yang bisa dilakukan di rumah untuk para orang tua agar lebih memperhatikan kesehatan ABK sebelum melakukan program terapi.

Pertama-tama, kebersihan diri dan lingkungan rumah merupakan hal sederhana yang sangat penting namun sering diabaikan. Kebersihan diri mencakup kebersihan rambut dan kulit kepala, badan, kuku, serta gigi dan mulut. Sementara itu, kebersihan lingkungan juga harus selalu diperhatikan, seperti ventilasi udara, kebersihan pakaian, pada alat-alat masak, juga kebersihan toilet sangat penting.

Selain itu, asupan makanan untuk anak penderita autisme juga tidak kalah penting. Bahkan, makanan sangat berpengaruh bagi kondisi emosi dan mental sang anak.

Untuk mengetahui jenis-jenis makanan dan dampak yang ditimbulkan, orang tua ABK bisa menerapkan disiplin mencatat. Tidak hanya soal makanan saja yang dicatat, namun aktivitas anak dan pola kesehatannya juga harus dibuat jurnal dengan sangat detail, misalnya perilaku hari ini, tingkat konsentrasi, kontak mata, kondisi dan pola Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) serta observasi tanda-tanda fisik lainnya.

Kemudian, hasil catatan itu dikonsultasikan kepada keluarga dan dokter agar bisa melakukan program selanjutnya sesuai prioritas dan kebutuhan anak penderita autisme

Dr Lavinia menegaskan, orang tua harus bisa bekerja sama demi kemajuan ABK. “Orang tua tidak boleh menghindar, tidak boleh denial,” kata Lavinia. “Punya ABK memang musti capek, usaha, dan enggak boleh mengandalkan orang lain sepenuhnya."

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home