Loading...
SMASH AYUB
Penulis: Ayub Yahya 11:09 WIB | Selasa, 29 Januari 2019

Bahwa

ilustrasi. (Foto: pixabay)

SATUHARAPAN.COM - Bahwa, dari apa yang pernah terjadi di negeri ini pada suatu saat di suatu masa, kita belajar: 

 

Bahwa orang yang punya jabatan tinggi tidak serta merta kapasitasnya juga mumpuni. Sebab bisa saja ia mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yang rendah (menebar fitnah, menabur hoax, membodohi masyarakat, menjual agama, memanipulasi Tuhan).

 

(Maka jangan cepat-cepat kagum dengan orang yang punya jabatan tinggi. Lihat proses ia mendapatkannya. Lebih-lebih jangan lalu menganggapnya sebagai orang yang “diberkati” Tuhan. Jangan lupa, setan pun bisa memberikannya. Asal orang mau menjual diri kepadanya).

 

Bahwa ambisi bila “ketinggian” bisa membuat orang kehilangan integritas dirinya. Bahkan seorang yang dulu begitu fasih bicara tentang “pluralisme dan tenun kebangsaan” pun bisa sampai melacurkan nurani dan intelektualitasnya, demi ambisinya pada kekuasaan. 

 

(Maka, jangan biarkan ambisi itu lepas bebas tanpa kendali; perlu tali kekang yang namanya “tahu diri”, dan tetap berpijak pada moralitas dan integritas).

 

Bahwa, apalah artinya kita mendapatkan sebuah jabatan tinggi, kalau untuk itu kita harus kehilangan kehormatan. Orang bukannya respek, malah mencibir. Dan kelak ketika kita tinggal sebuah jejak, itu akan menjadi kenangan yang buruk di benak banyak orang. Lebih dari itu, akan jadi beban buat anak cucu kita.

 

 

Editor: Tjhia Yen Nie

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home