Loading...
FOTO
Penulis: Reporter Satuharapan 07:11 WIB | Rabu, 29 Maret 2017

Bali Hening dan Gelap Saat Nyepi

Bali Hening dan Gelap Saat Nyepi
Sejumlah pemuda memainkan musik tradisional Baleganjur mengiringi Ogoh-Ogoh atau boneka raksasa saat festival Ogoh-Ogoh 2017 jelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1939 di kawasan Kuta, Badung, Bali, Senin (27/3). Festival yang diikuti ratusan warga tersebut guna menetralisir unsur negatif agar perayaan Nyepi dapat dilaksanakan dengan damai. (Foto-foto: Antara)
Bali Hening dan Gelap Saat Nyepi
Warga menyaksikan ogoh-ogoh yang diarak di jalan trans-Sulawesi Tolai, Kecamatan Torue, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Senin (27/3). Puluhan ogoh-ogoh diarak sejauh satu kilometer itu sebagai simbol untuk menghilangkan gangguan roh jahat sebelum melaksanakan hari raya Nyepi tahun Saka 1939.
Bali Hening dan Gelap Saat Nyepi
Seorang pemuda menerobos api sabut kelapa dalam tradisi "Mesabatan Api" atau perang api saat menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1939 di Desa Petulu, Gianyar, Bali, Senin (27/3). Tradisi perang api tersebut untuk keharmonisan, kedamaian, menyucikan alam dan memupuk persaudaraan.
Bali Hening dan Gelap Saat Nyepi
Sejumlah umat Hindu mengarak Ogoh-ogoh saat parade jelang Hari Raya Nyepi di Mataram, NTB, Senin (27/3). Parade ogoh-ogoh yang bertujuan untuk mengusir energi negatif di alam semesta tersebut digelar dalam rangka menyambut hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 dan diikuti oleh 180 ogoh-ogoh dari berbagai banjar di kota Mataram.

DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Provinsi Bali yang berpenduduk sekitar 4,3 juta jiwa dan belasan ribu wisatawan mancanegara di Pulau Dewata, Selasa, tampak hening dan dan gelap saat umat Hindu melaksanakan ibadah Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1939.

Suasana pagi hingga sore di Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan tampak hening, karena umat Hindu mengurung diri melaksanakan ibadah Tapa Brata, yakni empat pantangan yang wajib, sekaligus melakukan introspeksi selama 24 jam sejak Selasa pukul 06.00 WITA sebelum matahari terbit hingga Rabu (29/3) pukul 06.00 WITA.

Tapa Brata Penyepian tersebut meliputi amati karya (tidak bekerja dan aktivitas lainnya), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu atau tanpa hiburan/bersenang-senang).

Sementara di Kompleks Perum-Perumnas Monang-Maning, Denpasar, kawasan permukiman yang dihuni sekitar 2.500 kepala keluarga dari berbagai etnis di Nusantara, tampak toleransi untuk menghormati pelaksanaan Tapa Brata Penyepian cukup kental.

"Pagi ini, cuaca cukup cerah setelah Perumnas Monang-Maning, Kota Denpasar diguyur hujan sejak pukul 02.00 hingga 05.00 WITA. Hanya terdengar kicauan burung dari rumah tangga yang kebanyakan memelihara burung," ujar warga setempat, Ketut.

Pemandangan serupa hampir terjadi di seluruh pelosok perdesaan di Pulau Dewata, termasuk sejumlah perdesaan di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan yang dilaporkan sunyi senyap.

Hal yang sama juga terlihat di kalangan wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Bali, bertepatan dengan umat Hindu melaksanakan Tapa Brata Penyepian, karena mereka hanya diperkenankan melakukan aktivitas di dalam kawasan hotel tempat mereka menginap.

Gelap Gulita
Selain hening menyelimuti Kota Denpasar, tempat-tempat wisata, dan pusat perekonomian lainnya, suasana malam di Bali juga tampak gelap gulita, karena "amati geni" itu.

Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PT PLN Distribusi Bali I Gusti Ketut Putra memprediksi penggunaan energi listrik bagi konsumen pada hari Nyepi menurun 35-40 persen dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Pemakaian listrik pada beban puncak menurun tajam dari selama ini rata-rata 860,2 megawatt (MW) akan turun menjadi sekitar 531 MW dari kapasitas energi yang tersedia 1.305 MW.

Meskipun terjadi penurunan beban puncak, pihak PLN tidak melakukan pemadaman mesin pusat pembangkit listrik karena dikhawatirkan bisa merusak alat-alat elektronik konsumen di rumah tangga. Pemadaman listrik hanya dilakukan untuk lampu penerangan jalan.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kota Denpasar I Gede Astika, pihaknya telah menyiagakan 64 petugas khusus yang terbagi dalam beberapa tim kerja untuk memadamkan lampu penerangan jalan (LPJ) dan menormalisasikan kembali selama pelaksanaan Catur Berata Penyepian.

Di Kota Denpasar dan sekitarnya terdapat sebanyak 678 buah panel lampu penerangan jalan umum dengan jumlah titik lampu sebanyak 17.666 unit.

Pemadaman LPJ dilakukan sejak 27 Maret 2017 pukul 23.00 Wita hingga selesai, serta normalisasi panel LPJU akan dilakukan pada 29 Maret 2017 pukul 16.00 WITA. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home