Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Bayu Probo 12:24 WIB | Jumat, 13 Desember 2013

Bambu Ater: Punya Nilai Ekonomis Tinggi

Bambu ater (Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro). (Foto: yellowseedbamboo.com)

SATUHARAPAN.COM – Tanaman bambu banyak digemari. Beberapa jenis sangat baik sebagai tanaman hias, tetapi batangnya juga banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti kerajinan atau bahkan bahan bangunan. Rumpun bambu juga dikenal sebagai tanaman yang baik untuk mencegah erosi. Bambu ater (Gigantochloa atter (Hassk) Kurz ex Munro) adalah salah satu spesies bambu yang sangat populer.

Bambu ater banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk keperluan rumah tangga. Di desa-desa bambu ini biasa digunakan untuk pipa air, dinding rumah, dan pagar. Alat musik tradisional yang menggunakan bambu biasanya juga dipilih dari bambu ater. Rebungnya sangat disukai sebagai sayuran.

Bambu ater tumbuh lambat, sehingga perlu ada upaya penelitian agar diperoleh bambu yang baik dan tumbuh lebih cepat.Budidaya bambu ater belum banyak, meskipun permintaan pasar terus meningkat. Perbanyakan biasanya dilakukan dengan cara memisahkan rimpang untuk ditanam atau potongan buluhnya. Sejauh ini belum ada laporan bambu ini diperbanyak dengan benih.

Bambu ater mempunyai rumpun tidak serapat jenis bambu lain. Buluhnya berwarna hijau tua dengan percabangan yang tidak sama besarnya. Buku-bukunya tampak rata dengan garis putih melingkar. Pelepah buluhnya mudah sekali gugur, miang (bulu halus) berwarna hitam melekat pada cuping pelepah buluh yang kecil. Panjang pelepah 21 - 36 cm dan bentuknya hampir segitiga dengan ujung runcing. Daerah perakaran tidak jauh dari permukaan tanah.

Batang bambu ater berwarna hijau sampai hijau gelap dengan diameter 5 - 10 cm dan tebal dinding batang 8 mm. Panjang ruasnya antara 40 - 50 cm dan tinggi tanaman mencapai 22 m. Pelepah batangnya mudah gugur. Ruas-ruas bambu ini tampak rata dengan garis putih melingkar pada bekas perlekatan pelepah buluh.

Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti asal tanaman ini, namun banyak dijumpai ditanam di desa-desa di Pulau Jawa. Biasanya ditanam di pekarangan atau kebun, dan tumbuh baik di dataran rendah maupun pegunungan hingga ketinggian 750 meter dari permukaan laut.

Nama latin bambu ater awalnya adalah Bambusa thouarsii var. atter, sebagai penghormatan kepada peneliti botani asal Prancis, Louis-Marie Aubert du Petit-Thouars. Thouars dikenal sebagai ahli botani yang mengumpulkan berbagai jenis anggrek dari berbagai penjuru dunia. Setelah Wilhelm Sulpiz Kurz, ahli botani Jerman—pernah memimpin Kebun Raya Bogor era kolonial—melakukan penelitian lebih lanjut dan membuat pembaruan penggolongan, nama latin bambu ater sampai kini diabadikan berdasarkan sang botanis. (gwannon.com/buku bambu/Wikipedia)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home