Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 20:17 WIB | Jumat, 24 April 2015

Bangsa Armenia Kerajaan Kristen Pertama

Ibu kota Republik Armenia, Yerevan, dengan latar belakang Gunung Ararat. (Foto: wikipedia.org)

SATUHARAPAN.COM – Tahukah Anda bahwa 13 tahun sebelum Kaisar Romawi, Konstantinus Agung memutuskan dalam Edik Milan bahwa agama Kristen menjadi agama resmi di Romawi, ada satu negara yang sudah mengakui kekristenan sebagai agama resmi?

Yaitu, Kerajaan Armenia. Konon, penginjil pertama kali yang berkarya di Armenia adalah Rasul Yudas Tadeus dan Rasul Bartolomeus (Mat. 10:3 & Mrk. 3:18) pada 43-66.  Tadeus diangkat sebagai bapa gereja pertama yang disebut juga katolikos—atau paus gereja Armenia.

Orang Armenia

Penerimaan Tiridates untuk memeluk Kristen bisa jadi sangat dipengaruhi sejarah leluhurnya. Dalam bahasa Armenia—negara itu disebut Hayq. Konon, Hayq adalah keturunan dari Nabi Nuh yang merupakan moyang dari seluruh orang Armenia. Orang Armenia disebut orang Hayastan, yang orang yang mendiami tanah Hayq.

Menurut legenda, Hayq bermukim di kaki Gunung Ararat—gunung tempat kapal Nuh terdampar— dan meninggalkan Armenia untuk membantu pembangunan Menara Babel. Saat kembali, ia dikalahkan oleh Bel, Raja Babilonia (beberapa peneliti beranggapan bahwa ia dikalahkan oleh Nimrod pada tanggal 11 Agustus 2492 SM dekat danau Van, sebelah selatan Armenia kuno (kini daerah ini masuk dalam daerah Turki).

Aktif

Menurut Eusebius, seorang sejarawan yang banyak mencatat peristiwa yang dialami gereja perdana, dan Tertulianus, salah seorang bapa gereja, orang-orang Kristen Armenia mengalami penganiayaan oleh Raja Axidares, Khosrov I, dan Tiridates III. Namun Tiridates kemudian memeluk agama Kristen, setelah diinjili oleh Gregorius Sang Pencerah.

Dengan memilih kekristenan sebagai agama negara, bangsa Armenia kuno menciptakan langkah yang paling penting di dalam sejarahnya. Konversi ini membuat orang-orang Armenia berbeda dengan leluhur mereka bangsa Iran dan Mazdea.

Tiridates mengangkat Gregorius sebagai Katolikos (pemimpin setingkat paus) Gereja Armenia dan mengutusnya ke Kaisarea untuk ditahbiskan. Sekembalinya ke Armenia, Gregorius menghancurkan kuil-kuil berhala, membangun gereja-gereja dan biara, serta mentahbiskan banyak pendeta dan uskup. Gregorius juga memperoleh penglihatan tentang kedatangan kembali Yesus ke dunia sambil membawa sebuah palu untuk menghancurkannya. Dari tempat itu kemudian muncullah sebuah gereja Kristen yang besar, dengan salib yang besar pula. Gregorius yakin bahwa Allah menginginkan dia membangun gereja Armenia yang utama di situ. Dengan pertolongan raja, ia membangun gereja itu. Ia menamakan ibu kota lama Armenia menjadi Etchmiadzin, yang berarti “tempat turunnya Anak Yang Tunggal”.

Gereja Armenia mulanya ikut aktif dalam kegiatan gerejawi sedunia. Katolikosnya hadir pada Konsili Nicea yang pertama (325) dan Konsili Konstantinopel yang pertama (381). Meskipun tidak bisa hadir dalam Konsili Efesus (431), Katolikos Ishak Parthiev mengirimkan pesan untuk menyatakan persetujuannya atas semua hasil Konsili.

Gereja Armenia mulai menjauhkan diri dari konsep Roma tentang gereja yang am (katolik) ketika pada 373 Raja Papas mengangkat Katolikos Husik, tanpa mengirimnya ke Kaisarea untuk pengutusannya. Pada abad ke-5, kekristenan di Armenia menjadi makin kuat setelah diterjemahkannya Alkitab ke dalam bahasa Armenia oleh St. Mesrob Mashtots, seorang teolog, biarawan, dan sarjana. Sebelumnya, Alkitab dan liturgi ditulis dalam bahasa Yunani atau Syria. Mesrob ditugasi oleh Katolikos Sahak untuk menciptakan abjad Armenia. Abjad itu selesai pada 406. Hal ini menyebabkan berkembangnya tulisan-tulisan sejarah, sastra, dan filsafat di Armenia.

Gunung Ararat

Memang, negara Armenia kini berada di lembah Gunung Ararat. Dari ibu kotanya, Yerevan, kita akan dapat melihat keindahan Gunung Ararat, walaupun kini gunung tersebut masuk ke wilayah Turki. Gunung ini menjadi semacam penguat iman bagi orang-orang Armenia di tengah berganti-gantinya penguasa di daerah itu, termasuk Ottoman dan Uni Soviet.

Sebuah biara didedikasikan untuk Gregorius, yaitu Khor Virap, berada di kaki Gunung Ararat. Dari situlah orang-orang Armenia makin diteguhkan iman Kristennya. Selain Khor Virap, banyak biara dan gereja yang berumur di atas seribu tahun, termasuk Istana tempat tinggal Katolikos Armenia, Karekin II, Katedral Etchmiadzin, yang dibangun pada tahun 303 Masehi.

Pusat kota Yerevan—ibu kota Armenia—terletak di Republic Square. Jika Anda mendatangi wilayah yang dibangun pada 1926 ini, akan sangat terasa seperti sedang berada di Eropa. Padahal, ini adalah negara di kawasan Asia Barat.

Perkembangan agama Kristen ke Timur yang dilakukan oleh murid-murid Yesus Kristus belum banyak dikenal masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia.

Padahal, bisa dikatakan gereja-gereja di wilayah Asia Barat—atau orang sering menyebut Timur Tengah—ini masih mengikuti tradisi yang mendekati gereja mula-mula, gereja abad pertama. Dan, khusus untuk gereja Armenia, akar kekristenan bahkan bisa ditarik dari sejak Kitab Kejadian, dalam Alkitab Perjanjian Lama. (gkigi.org/wikipedia/Arab dan Kristen-BPK Gunung Mulia)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home