Loading...
FOTO
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 10:45 WIB | Sabtu, 10 Februari 2018

"Be Side", Perjamuan Terakhir di Ujung Perjalanan Jogja Contemporary

"Be Side", Perjamuan Terakhir di Ujung Perjalanan Jogja Contemporary
Pameran tunggal "Be Side" di Jogja Contemporary-komplek Jogja National Museum Jl Prof Ki Amri Yahya no 1, Gampingan Yogyakarta, 6-26 Februari 2018 (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
"Be Side", Perjamuan Terakhir di Ujung Perjalanan Jogja Contemporary
Iqro' Akhmad Ibrahim (berkacamata) saat berbincang dengan perupa Nasirun (baju kotak-kotak) pada pembukaan pameran "Be Side", Jumat (9/2) malam.
"Be Side", Perjamuan Terakhir di Ujung Perjalanan Jogja Contemporary
The Meeting-acrylic on canvas-Iqro' Akhmad Ibrahim.
"Be Side", Perjamuan Terakhir di Ujung Perjalanan Jogja Contemporary
Menepi-acrylic on canvas-Iqro' Akhmad Ibrahim.
"Be Side", Perjamuan Terakhir di Ujung Perjalanan Jogja Contemporary
Potongan karya "Sharing"-acrylic on canvas-Iqro' Akhmad Ibrahim.
"Be Side", Perjamuan Terakhir di Ujung Perjalanan Jogja Contemporary
Instalasi karya Semesta art project memanfaatkan figur karya Iqro Akhmad Ibrahim.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Delapan belas lukisan karya perupa Iqro' Akhmad Ibrahim dipamerkan di Jogja Contemporary. Pameran bertajuk "Be Side" dibuka oleh perupa Nasirun, Jumat (9/2) malam di pelataran belakang Jogja National Museum (JNM) bersamaan dengan pembukaan pameran seni rupa "Nyawiji" di JNM.

Sego (nasi) megono menjadi hal menarik pertama kali yang ditawarkan Iqro' saat pembukaan pameran. Sego kucing ataupun makanan angkringan lain sebagai jamuan acara seni di Yogyakarta sudah menjadi pemandangan umum, namun menjadikan sego megono sebagai sajian untuk tamu dalam pameran seni rupa di Yogyakarta mungkin baru pertama kali dilakukan, dan itu terjadi pada pembukaan pameran tunggal Iqro' Akhmad Ibrahim "Be Side". Sego megono dengan cacahan nangka muda dan sambal parutan kelapa muda menjadi panganan keseharian masyarakat pantura Pekalongan, Pemalang, Batang, dan sebagian masyarakat Kendal tempat kelahiran Iqro'.

Pameran "Be Side" menjadi pameran terakhir yang diselenggarakan oleh Jogja Contempaorary. Dalam perjalanan memberikan ruang bagi seniman muda dan perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia khususnya Yogyakarta. Didirikan sebagai Tembi Contemporary oleh Warwick Purser dan Valentine Willie di desa wisata Tembi awal 2008, lalu di 2011 berubah menjadi Jogja Contemporary di kompleks Sangkring art project, dan sejak 2014 secara mandiri pindah ke kompleks Jogja National Museum.

"Saya akan tetap berkegiatan kesenian. Tapi Jogja Contemporary saya cukupkan sampai di sini. Jogja Contemporary sudah selesai. Berhenti pada titik perjalanan sepuluh tahun," kata Rismilliana Wijayanti kepada satuharapan.com saat pembukaan pameran "Be Side". Pada tanggal 28 Februari 2018 Rismilliana akan menurunkan papan dan resmi menutup kiprah sepuluh tahun perjalanannya dalam memberikan warna seni rupa Indonesia.

Dalam perjalanan sepuluh tahun, Jogja Contemprary telah menjadi saksi lahirnya banyak seniman kontemporer. Tercatat lebih 100 pameran tunggal-bersama dihelat oleh Jogja Contemprary dalam sepuluh tahun kiprahnya melibatkan banyak seniman-perupa dan kelompok seni dalam dan luar negeri di antaranya Ugo Untoro, Teguh Ostentrik, Stefan Buana, Putu Adi Suanjaya 'Kencut', Putu Sastra Wibawa.

"Yogyakarta itu panggung besar, payung besar, galeri besar, jangan takut 'minggir'. Kita tidak harus berada di ruang-ruang yang sempit untuk (bisa) mendunia," pesan Nasirun dalam sambutan pameran "Be Side" bersamaan dengan 'menepinya' Jogja Contemporary dari hiruk-pikuk seni rupa di Yogyakarta dan Indonesia, Jumat (9/2) malam.

Dalam pameran "Be Side" dipamerkan pula tiga karya instalasi dari Semesta art project. Diluar empat karya drawing yang turut dipamerkan, empat belas karya lukisan Iqro' lebih banyak merepresentasikan deformasi tubuh dan bentuk tubuh makhluk hidup dalam figur yang terperangkap atau memerangkapkan dirinya dalam dimensi ruang-ruang kesunyian. Bisa jadi dalam bingkai menepi dari keriuhan itulah Iqro' menjadikan "Be Side" sebagai tema pameran tunggalnya seturut dengan sebuah karyanya berukuran 100 cm x 100 cm dalam medium cat akrilik di atas kanvas berjudul "Menepi".

"Dari tiga kali pameran karya Iqro', menurut saya kali ini Iqro' menampilkan karya yang bagus dibanding pameran sebelumnya," kata pemilik ruang seni Kebun Bibi Hans Knegtmans. Pada  6-31 Januari lalu bersama M Fadhil Abdi, Ridwan Luthfi, Wisnuaji Putu, dan Zulfian Amrullah. Iqro' menggelar pameran visual "Upcoming" di Langgeng Art Foundation.

Pameran "Be Side" yang akan berlangsung hingga 26 Februari 2018 di Jogja Contemporary, kompleks Jogja National Museum Jl Prof Ki Amri Yahya no 1 Gampingan Yogyakarta, sekaligus menjadi pengantar menepinya Jogja Contemporary di ujung perjalanannya.

Terima kasih Jogja Contemprary untuk sajian sego megono melengkapi akhir perjalanan sepuluh tahun. Terima kasih Jogja Contemporary: telah memberikan warna bagi perjalanan seni rupa Indonesia.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home