Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 07:40 WIB | Sabtu, 29 Februari 2020

Berbahagialah Orang yang Diampuni

Ketika ditutup-tutupi, dosa makin beranak pinak.
Hidup terbuka bak kembang sepatu (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!” (Mzm. 32:1). Demikianlah pengakuan Daud. Dan Dia memang pernah mengalami apa artinya diampuni.

Bayangkan jika Tuhan membuang Daud! Gelar Anak Daud takkan pernah ada. Tetapi, inilah Injil itu: Allah tidak membuang Daud.

Dosa Daud memang tidak kecil. Perzinaan dengan Betsyeba, membuat dia mengingini milik sesamanya, berdusta, membunuh, dan mencuri milik istri orang lain. Daud semestinya mati. Akan tetapi, inilah anugerah itu, dia hidup.

Sejatinya kehidupan Daud inilah yang memungkinkan kita berani mengakui dosa kita di hadapan Allah. Mengapa? Karena kita punya contohnya: Daud, leluhur Tuhan kita Yesus Kristus.

Namun, pengampunan dosa tidaklah terjadi secara otomatis. Pengampunan hanya dialamatkan kepada orang yang menyatakan kesalahannya kepada Allah. Daud mengakui: ”Selama aku tidak mengakui dosaku, aku merana karena mengaduh sepanjang hari” (Mzm. 32:3, BIMK).

Selama menyembunyikan dosanya—meski terlihat semuanya baik-baik saja—toh Daud senantiasa gelisah. Ia takut ketahuan. Dan karena itu, ia berusaha menutupi kesalahannya. Caranya: dengan berbuat dosa lagi, dan lagi, dan lagi. Dosa pun makin beranak pinak.

Untuk menghentikan semuanya itu, Daud menetapkan hati: ”Lalu aku mengakui dosaku kepada-Mu, kesalahanku tak ada yang kusembunyikan. Aku memutuskan untuk mengakuinya kepada-Mu, dan Engkau mengampuni semua dosaku” (Mzm. 32:5, BIMK).

Itulah yang dilakukan Daud. Ia tidak menyangkal ketika Nabi Natan menyatakan kesalahannya. Ia mengakuinya. Dan itulah juga yang mesti kita lakukan!

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home