Loading...
INSPIRASI
Penulis: Reporter Satuharapan 11:43 WIB | Minggu, 08 November 2020

Berdamai Dengan Diri Sendiri

Ilustrasi. (Foto: Ist)

SATUHARAPAN.COM - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)

Apakah syarat untuk berdamai dengan diri sendiri? Syaratnya adalah harus berani mengaku dosa di hadapan Tuhan. 

Lalu apa yang dikatakan berdamai dengan diri sendiri itu? Berdamai dengan diri sendiri adalah orang yang mampu menjaga tingkat kedamaian dan kesejahteraan di dalam hidupnya tanpa dipengaruhi oleh keadaan apapun, baik di dalam maupun di luar kehidupannya. 

Ada beberapa prinsip mengalami damai sejahtera. Pertama,  di mana ada kekudusan dan kebenaran, di situlah ada damai sejahtera (Yesaya 57:51). Kedua, damai sejahtera hanya ada di dalam diri Tuhan Yesus Kristus (Efesus 2:14). Dan ketiga, damai sejahtera tidak akan pernah terjadi jikalau hal baik dan hal jahat tetap bersatu. 

Mengapa orang sulit berdamai dengan diri sendiri? Hari ini, mari kita belajar, mengapa orang sulit berdamai dengan diri sendiri. Pertama, karena masih keras kepala. Dalam Kejadian 4:6-7 dijelaskan: “Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." 

Alasan pertama mengapa kita sulit berdamai dengan diri sendiri adalah karena keras kepala atau tegar tengkuk. Orang yang keras kepala,  tidak mau menurut nasihat manusia. Penyebab keras kepala adalah selalu menutupi kekurangannya dan selalu menutupi kesalahannya. Akibatnya adalah orang yang memiliki sikap keras kepala itu sulit diajak berdiskusi, sulit diajak ngomong baik-baik dan sulit memiliki teman atau sahabat. 

Padahal, seorang pembawa damai itu adalah orang yang selalu setia kepada Firman Tuhan dan menjadikan Firman itu sebagai landasan hidup walau banyak yang harus dihadapi dalam tantangan. Pembawa damai adalah orang yang berani menghadapi semua persoalan dan kesulitan yang ada tanpa berniat untuk menghindar apalagi lari dari kenyataan yang dihadapi. 

Pembawa damai adalah mereka yang berani mengambil keputusan dalam situasi sulit apapun agar tidak terjerat dalam lingkaran kesulitan yang berlarut-larut. Saudara, kalau damai itu definisinya seperti itu sementara pembawa damai belum berdamai dengan diri sendiri, mana mungkin akan terjadi kedamaian? 

Alasan kedua  mengapa orang sulit berdamai dengan dirinya sendiri adalah karena masih hidup dalam kesombongan dan keangkuhan. Dalam Yesaya 2:11 dijelaskan, “Manusia yang sombong akan direndahkan,  dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya Tuhan sajalah yang Maha Tinggi  pada hari itu.” 

Orang sombong hanya menghargai dirinya sendiri dan secara berlebihan, orang sombong maunya dianggap hebat dari yang lain, orang sombong suka merendahkan orang lain dan tidak mau menghargai orang lain. 

Padahal, pembawa damai itu berarti hanya berniat untuk selalu berbuat kebaikan bagi sesamanya. Pembawa damai itu berarti orang yang rela berkorban menahan diri walaupun harus menderita dan yang penting tidak terjadi keributan atau kekacauan. Pembawa damai selalu mengutamakan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri sendiri. Kalau damai itu definisinya atau artinya begitu sementara yang membawa damai belum mengalami damai pribadi, yaitu masih ada suatu kesombongan, mana mungkin damai itu akan terjadi. 

Alasan ketiga mengapa orang sulit berdamai dengan diri sendiri, karena masih hidup dalam kemunafikan. Dalam 1 Yohanes 4:20 dijelaskan, “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” 

Orang munafik selalu mengatakan yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya. Orang munafik selalu ingin terlihat baik, sementara dia itu adalah tidak baik. Orang munafik adalah orang yang bermuka dua. 

Padahal, pembawa damai itu ibarat pertemuan orang yang saling berjabat tangan atau salaman, hingga ada keinginan untuk merasakan damai. Tidak ada kesombongan, kebohongan, benci, dan gosip di setiap percakapan dalam pertemuan tersebut. Bahkan, percakapan yang terjadi hanya menyenangkan hati tanpa ada unsur ketidakbaikan. 

Pembawa damai adalah orang yang selalu pro aktif untuk melakukan yang baik, selalu menyelesaikan setiap masalah dan persoalan yang ada. Pembawa damai adalah orang yang tidak pernah kecil hati pada saat orang lain tidak menghargai apa yang ia lakukan, meski dia telah melakukannya dengan penuh pengorbanan dan perjuangan keras. Kalau pengertian damai yang seperti itu sementara pembawa damai masih munafik, apakah akan terjadi damai? Tidak mungkin.

Oleh sebab itu, agar dapat berdamai dengan diri sendiri, maka kita harus berhenti hidup dari keras kepala, berhenti hidup dari kesombongan dan keangkuhan, berhenti hidup dari kemunafikan. 

Keberadaan orang percaya seharusnya selalu membawa damai bagi semua orang. Sebab, membawa damai berarti mengekspresikan kasih Allah. Bukan sebaliknya, kita justru menjadi batu sandungan dan membuat orang lain kecewa dan sakit hati. 

Bukti bahwa kita sudah menjalankan tugas pendamaian adalah ketika hidup kita sudah menjadi kesaksian bagi banyak orang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” 

Oleh karena itu, libatkan selalu Allah dalam langkah kehidupan kita, maka sebutan anak-anak Allah akan menjadi predikat dalam kehidupan kita. Kalau kita disebut anak-anak Allah, maka kita adalah ahli waris di dalam kerajaan Sorga. 

Oleh sebab itu, marilah kita terus-menerus mengoreksi diri kita, membereskan hidup kita, senantiasa bertobat secara sungguh-sungguh, tetap memelihara iman kepada Tuhan Yesus dan hubungan kasih dengan sesame, supaya hubungan kita dengan Tuhan semakin akrab, semakin karib sehingga Tuhan sayang kepada kita. Amin. (Kemenag)

 

Pdt Hariyadi, MTh

Ketua Sinode Gereja Anugerah Injil Sepenuh

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home