Loading...
INSPIRASI
Penulis: Olivia Mani Payung Allo 06:48 WIB | Jumat, 21 April 2017

Berjalan dalam Kegelapan

Perjalanan adalah tujuan itu sendiri.
Perjalanan dalam gelap (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Learning to Walk in the Dark adalah buku karangan Barbara Brown Taylor yang memberikan kita perpektif baru dalam memahami spiritualitas ”Hidup dalam Kegelapan”. Barbara mengatakan bahwa manusia begitu takut dengan kegelapan. Manusia cenderung menyukai terang dibandingkan gelap. Kita sering mengidentikkan kegelapan dengan makhluk halus yang bersembunyi dalam kegelapan, masalah yang tak kunjung selesai, atau ketidakteraturan dalam kehidupan. Hidup dalam pilihan membuat manusia cenderung memilih hal yang instan dalam kehidupannya, salah satunya memilih menghindari kegelapan atau secara ekstrem menghapuskan kegelapan.

Di dalam hal inilah, Barbara melihat hubungan antara kebiasaan manusia ”menghindari kegelapan” ini lama-kelamaan mempengaruhi pola pikir dan spiritualitas kehidupan seseorang. Barbara melihat bahwa manusia cenderung menghindari kegelapan dalam kehidupannya dibandingkan berupaya menjalaninya.

Perspektif baru yang diberikan Barbara menimbulkan pertanyaan menarik dalam merespons kegelapan yang kemudian kita proyeksikan sebagai berbagai masalah yang kita hadapi. Apa yang salah dari masalah, apa yang salah dari sebuah kegelapan, apa yang salah dari sebuah penderitaan? Apa yang salah ketika kita merasa takut? Mengapa kita selalu menghindari, bahkan mau secepatnya keluar dari masalah, penderitaan, ketakutan, kegelapan? Berbagai pertanyaan inilah yang mencoba mengusik pikiran kita untuk mencoba berhadapan dengan sebuah kegelapan.

Paulo Coelho mengatakan “tell to your heart that my fear for suffering more excruciating than suffering itself” bahwa rasa takut terbesar dan begitu menyiksa kehidupan kita selama ini adalah momen saat kita diliputi pikiran yang menakutkan sebelum menjalani penderitaan dibandingkan menjalani penderitaan itu sendiri. Coelho semakin menguatkan pemahaman Barbara bahwa rasa takut terbesar  manusia selama ini adalah pikirannya sendiri. Kita dikuasai oleh perasaan takut yang akhirnya membuat kita gelisah dan membayangkan kejadian buruk terjadi saat kita menjalani kegelapan. Pikiran-pikiran negatif  itulah yang mendominasi kita sehingga kita takut menjalani proses penderitaan dan menghadapi masalah itu. Padahal belum tentu penderitaan itu jauh lebih menyakitkan atau justru sebenarnya penderitaan itu mudah kita lewati. Namun, ketakutan dan pikiran negatif itu yang akhirnya membuat kita lebih memilih menghindarinya.

Ketakutan membuat kita cenderung berorientasi pada hasil atau tujuan akhir. Ketika kita berorientasi pada hasil saja tanpa menjalani proses saat menghadapi masalah, maka kita tidak akan belajar mengenai kehidupan, kita tidak akan pernah memahami sukacita dibalik penderitaan yang dialami. Padahal saat kita menjalani sebuah proses, tujuan itu pun sebenarnya sedang hadir dalam perjalanan kita.

Perjalanan adalah tujuan itu sendiri. Sebuah keberhasilan tidak diukur hanya dari hasilnya, tanpa peduli prosesnya. Tetapi, keberhasilan itu dilihat melalui proses saat jatuh bangun menghadapi masalah, proses saat air mata dari tangisan kesedihan dan kebahagiaan memperjuangkan kehidupan. Kegelapan yang hadir dalam kehidupan membuat kita belajar menghidupi kehidupan itu sendiri.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home