Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 10:04 WIB | Kamis, 17 Oktober 2019

Binahong dan Daun Afrika Dikaji di Seminar Tumbuhan Obat

Ilustrasi. Sampel herbarium pada kegiatan Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja) 2015, bagian dari kegiatan B2P2TOOT. (Foto: b2p2toot.litbang.kemenkes.go.id).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dua tanaman berkhasiat obat, yakni daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan daun afrika (Vernonia amygdalina Delile) jadi kajian di Seminar Nasional ke-57 Tumbuhan Obat Indonesia.

Seminar yang diselenggarakan di Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), 10-11 Oktober 2019 itu, seperti dilansir laman b2p2toot.litbang.kemkes.go.id, mengambil tema “Pelestarian, dan Pemanfaatan Berkelanjutan Tumbuhan Obat Indonesia: Percepatan Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional”.

Binahong atau piahong, dalam bahasa Inggris disebut heartleaf maderavine madevine, mengutip dari Wikipedia, adalah tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dan mempunyai banyak khasiat dalam meyembuhkan berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Tanaman ini sudah lama ada di Indonesia tetapi baru akhir-akhir ini saja menjadi alternatif bagi sebagian orang untuk dijadikan obat alami untuk menyembuhkan atau mengurangi beberapa penyakit ringan maupun berat.

Sementara itu, berbagai studi menyebutkan daun afrika termasuk sumber protein, serat (jenis tidak larut air), dan lemak sehat yang cukup tinggi. Daun afrika diperkaya oleh sejumlah mineral penting lain seperti zink, kalsium, magnesium, kalium, zat besi, dan natrium. Daun ini juga mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan vitamin B kompleks yang dapat membantu mencukupi kebutuhan harian tubuh. Daun afrika dimanfaatkan sebagai obat alami

Seminar diselenggarakan sebagai bentuk kerja sama antara Uhamka dan Pokja Tanaman Obat dan Obat Tradisional (TOOT), dan dibuka oleh Ketua Pokja TOOT yang juga Kepala Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Akhmad Saikhu.

Hadir sebagai pembicara kunci, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan, dr HM Subuh MPPM, mewakili Menteri Kesehatan, yang menyampaikan materi tentang “Arah Kebijakan tentang Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional di Indonesia”.

Sementara itu, beberapa pembicara yang tampil yakni Dra Rr Maya Gustina Andarini Apt MSc (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, BPOM), Prof Dr Dayar Arbain Apt (Peneliti Tumbuhan Obat Sumatera dan Guru Besar Universitas 17 Agustus 45) Jakarta, Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud MS (Pembina Pokja TOOT dan Plt Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dr. Husniah Rubiana TA MS MKes SpFK SpAk (Ikatan Dokter Indonesia DKI Jakarta), Raymond R Tjandrawinata PhD MS MBA (Director of Corporate Development PT DexaMedica), Dr Ani Kurniawati SP MSi (Dosen Institut Pertanian Bogor), Dr Siska MFarm Apt (Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka).

Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia yang ke-57 ini diikuti sekitar 150 peserta, menampilkan pembawa makalah sebanyak 117 orang (74 presenter oral, dan 43 presenter poster). Naskah-naskah hasil penelitian akan dipublikasikan dalam jurnal-jurnal bereputasi setelah diseleksi dan direview oleh bidang Ilmiah Pokja TOOT.

B2P2TOOT juga berpartisipasi dalam pameran yang menampilkan hasıl riset 12 ramuan jamu saintifik serta produk-produk sedian jamu hasil penelitian dan pengembangan. Peserta seminar juga berkesempatan minam jamu gratis dan mendapatkan buku terbitan dari B2P2TOOT.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home