Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:53 WIB | Selasa, 24 Mei 2016

Bligo, Kaya Khasiat tapi Tidak Populer

Bligo (Benincasa hispida). (Foto: biodiversitywarriors.org)

SATUHARAPAN.COM – Bligo adalah nama buah dari tanaman merambat ini. Nama lain yang dikenal adalah baligo, blonceng, atau kundur. Apa pun namanya, nama yang dikenal secara internasional adalah nama ilmiahnya, Benincasa hispida.

Bligo bisa jadi tidak lagi populer di negeri ini, apalagi bagi generasi sekarang. Buah ini hanya dijumpai di pasar-pasar di kota kecil, sesekali masih dapat dijumpai di pasar swalayan tertentu atau toko buah khusus. Namun, di Filipina, buah bligo segar diolah untuk dijadikan sirup, dan sebagian masyarakat masih memanfaatkannya untuk obat masalah pernapasan.  

Buah bligo yang sangat kaya akan kandungan air, dipercaya mampu mengatasi gejala panas dalam, demam, radang tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Di Tiongkok, buah bligo diolah menjadi manisan yang dinamakan tang kwee, yang berarti labu musim sejuk. Di Malaysia, manisan buah bligo dikenal sebagai candied fruit winter melon.

Wikipedia menyebutkan, buah ini awalnya dibudidayakan di Asia Tenggara, namun saat ini juga ditanam di Asia Timur dan Selatan. Dalam bahasa Inggris, buah tumbuhan ini dinamakan wax gourd, white gourd, dan ash gourd, merujuk pada kulitnya yang bersaput tepung. Sementara, warga Amerika menamakannya winter melon, melihat kulit yang seolah-olah putih berselimut salju.

Di Indonesia, namanya pun bermacam-macam. Jika di Jawa disebut bligo atau belonceng, di lain daerah berbeda pula namanya, seperti butong (Dayak), gundur (Gayo), kundue (Minangkabau), kundo (Aceh), undru (Nias), sardak (Lampung), baligo, leyor (Sunda), bhaligu, kondur (Madura), laha (Irian), kudul (Simalur), atau kunrulu (Bugis).

Buah bligo sebenarnya adalah buah semusim, tetapi buahnya dapat bertahan dalam waktu yang lama, bahkan berbulan bulan.  

Bentuknya bulat lonjong, panjangnya bisa mencapai 2 meter. Begitu dibelah, terlihat sederet biji-bijian dengan daging berwarna putih.

Bligo merupakan tanaman menjalar, memiliki batang kayu lunak, berbulu, warna hijau. Daunnya tunggal, bulat, tepi rata, ujung tumpul, pangkal membulat.

Bunganya bunga tunggal, berkelamin dua, tumbuh di ketiak daun, dengan mahkota berbulu halus, berwarna kuning. Buahnya buni, bulat memanjang, berdaging, panjang 15-20 cm, warna hijau berselaput putih. Bagian yang dimanfaatkan adalah biji dan buah.

Khasiat Bligo

Pada zaman dulu, lapisan luar kulit buah bligo digunakan untuk membuat lilin. Di Tiongkok, kulit buah, isi buah, jus, dan biji kundur, digunakan sebagai obat untuk merangsang buang air kecil dan air besar, penawar demam panas, wasir, lebam atau bengkak, tonik, sakit usus, sakit buah pinggang, kencing manis, dan lemah limfa.

Namanya yang beraneka macam, menunjukkan bligo dikenal luas karena manfaatnya. Secara tradisional bligo dianggap memiliki sifat khas yang mendinginkan dan mampu membersihkan paru-paru. Bligo berkhasiat untuk menguatkan organ hati (liver), ginjal, sebagai peluruh dahak pada saat batuk, mengatasi panas dalam, dan melancarkan kemih.

Hasil pelitian Teguh Setiawan Wibowo dari Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, dikutip dari situs ubaya.ac.id, menyatakan rebusan biji labu bligo dapat menurunkan kadar glukosa darah hewan uji hiperglikemia sebesar 8,07 persen  dibandingkan kelompok kontrol, dan 15,96 persen dibandingkan kelompok pembanding.

Penelitian Manish A Rachchh dan Sunita M Jain seperti dimuat dalam Indian Journal of Pharmacology, publikasi resmi dari Masyarakat Farmasi India, seperti dikutip dari ncbi.nlm.nih.gov, menyebutkan ekstrak metanol buah ini memiliki antiulcer, antiinflamasi, antihistamin, dan aktivitas antidepresan.

Buah yang  dikenal sebagai bhuru kolu atau safed kolu (dalam bahasa Gujarati), petha (Hindi), dan kushmanda (Sansekerta) ini, secara tradisional  di India telah digunakan secara luas untuk pengelolaan gangguan kemih. Seperti dikutip dari sciencedirect.com, minyak ekstrak eter minyak biji bligo dapat menghambat hiperplasia testosteron pada prostat tikus, walaupun perlu penelitian lanjutan  untuk mengevaluasi efeknya pada manusia.

Penelitian bligo juga dilakukan Nurul Aqilah Mohd Zaini, Farooq Anwar, Azizah Abdul Hamid, Nazamid Saari, dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan, Universiti Putra Malaysia, juga Departemen Kimia dan Biokimia, Universitas Pertanian Faisalabad Pakistan, seperti dikutip dari researchgate.net.

Bligo merupakan sayuran bergizi, karena menyediakan sumber gula alami, asam amino, asam organik, unsur-unsur mineral, dan vitamin. Buah ini dianggap mengandung sejumlah properti obat seperti antidiare, antiobesitas, antiulkus, antioksidan, dan diuretik, dan bernilai ekonomi tinggi. Para peneliti itu juga menyebutkan bligo banyak digunakan untuk pengobatan epilepsi, maag, dan gangguan saraf lainnya dalam sistem pengobatan asli dari Asia.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home