Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 16:31 WIB | Jumat, 28 Oktober 2016

BMKG Prediksi Indonesia Hujan Deras Hingga November

Petugas BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) mengamati alat pengukur penyinaran matahari (Cendo Stock) di Laboratorium Terbuka BMKG di Serang, Banten, Senin (24/10). BMKG merilis peringatan dini dampak siklon tropis "Sarika" dan badai "Haima" di Samudra Pasifik akan menimbulkan tekanan rendah dan titik balik angin kencang diprediksi terjadi di Selat Malaka yang berpotensi menimbulkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta gelombang tinggi di Sumatra Utara, Pesisir Selatan Jawa, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku dan Papua pada 24-28 Oktober 2016. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan hampir seluruh wilayah di Indonesia berpeluang hujan dengan intensitas sedang hingga deras sampai November 2016.

"Kalau dilihat dari peta sampai awal November hampir seluruh Indonesia berwarna hijau gelap, bahkan merah dibeberapa daerah menandakan hujan dengan intensitas sedang sampai deras di atas 300 milimeter per bulan," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya di Jakarta, hari Jumat (18/10).

Potensi hujan sedang hingga deras itu terutama di Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Lebih lanjut Andi mengatakan, kondisi cuaca tersebut karena masih dipengaruhi kuatnya "Dipole Mode" (penambahan massa uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat) hingga November, namun pada Desember hingga Maret 2017, dipole Mode diprediksi normal.

"Kita prediksi Dipole Mode masih minus 0,70 yang berarti ini di atas sedang mendekati kuat. Badan Antariksa Amerika, NASA juga memprediksi minus 0,66 begitu juga dengan Badan Meteorologi Australia minus 0,52," tambah Andi.

Dipole Mode yang terjadi di sebelah timur Afrika itu memberikan tambahan pasokan massa uap air dari Samudera Hindia ke Indonesia Bagian Barat.

Pasokan uap air tersebut akan berkontribusi pada labilitas atmosfer wilayah Indonesia dan berkorelasi dengan tingginya temperatur yang ada di lautan Hindia sebelah selatan Pulau Jawa.

"Jika terbawa angin ke utara maka dengan sendirinya memberikan pasokan uap air yang cukup tinggi. Selai itu, jika terjadi perlambatan udara maka akan menyebabkan labilnya atmosfer," tuturnya.

Selain Dipole Mode, yang turut mempengaruhi pasokan uap air adalah suhu muka laut yang masih mengalami anomali di atas rata-rata antara 0,5-4 derajat sehingga uap air sangat tinggi.

"Prediksi parameter cuaca berkaitan dengan keadaan angin kami lihat ada beberapa, misalnya, konsentrasi-konsentrasi dan belokan yang perlu diwaspadai karena akan berimbas pada potensi hujan tinggi," tambah dia. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home