Loading...
INDONESIA
Penulis: Tunggul Tauladan 12:23 WIB | Kamis, 18 Desember 2014

BPBD DIY Siagakan Warga Antisipasi Tanah Longsor

Ilustrasi. Longsor di tebing Kali Winongo pada Februari 2014 silam. (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Musibah tanah longsor yang terjadi di Banjarnegara, tampaknya bagai membunyikan alarm tanda bahaya bagi daerah lain di Indonesia untuk senantiasa bersikap waspada. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lantas melakukan kajian dan pemetaan daerah rawan longsor di DIY. Dari hasil kajian dan pemetaan, terdapat 16 kecamatan di empat kabupaten yang dikategorikan rawan longsor.

“Di DIY, setiap tahun pasti ada laporan terjadi tanah longsor. Oleh karena itu, kami berupaya untuk mencegah dan menyiapkan masyarakat dalam menanggulangi tanah longsor. Kami menyiapkan warga yang bermukim di daerah yang rawan longsor, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi musibah tanah longsor, mereka telah siap,” demikian disampaikan oleh Kepala Seksi Kedaruratan BPBD DIY, Danang Samsu pada Kamis (18/12).

Hingga kini, BPBD DIY telah melakukan koordinasi dengan BPBD tingkat kabupaten dan masyarakat untuk melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya-upaya tersebut, seperti melatih dan meningkatkan kemampuan warga untuk menghadapi bencana tanah longsor, memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kondisi di daerahnya, pemahaman tentang konsep tata ruang, serta pemahaman tentang aktivitas yang diperbolehkan untuk dilakukan warga di daerah yang rawan longsor.  

“Kami juga melakukan upaya kesiapsiagaan, yaitu dengan cara menggelar berbagai simulasi, gladi bencana tanah longsor, dan menyusun rencana kontinjensi (kesiapsiagaan). Selain itu, kami juga terus melakukan pemantauan terhadap kawasan yang dikategorikan sebagai area rawan longsor, agar daerah tersebut tidak beralih fungsi sebagai hunian atau perkebunan,” jelas Danang Samsu.

Selain memberikan pengetahuan dan pemahanan terhadap masyarakat, BPBD DIY juga memanfaatkan teknologi untuk meminimalisir dampak dari bencana tanah longsor, yaitu dengan memasang alat Early Warning System (EWS). Alat-alat tersebut dipasang di daerah-daerah yang telah atau terindikasi terdapat retakan tanah, sehingga jika sewaktu-waktu retakan tanah melebihi ambang batas, maka alat tersebut akan berbunyi.

“Warga tetap kami himbau untuk mengamati tanda-tanda alam, seperti pohon yang tidak lagi berdiri tegak, suara gemuruh, atau curah hujan yang tinggi, meskipun telah dipasang EWS,” papar Danang Samsu

Berdasarkan kajian dan pemetaan yang telah dilakukan oleh BPBD DIY, di Yogyakarta terdapat 16 kecamatan yang dikategorikan sebagai daerah rawan longsor. Dari 16 kecamatan tersebut, enam kecamatan diantaranya berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul, yaitu Kecamatan Semin, Gedangsari, Ponjong, Patuk, Nglipar, dan Ngawen. Di Kabupaten Bantul, daerah yang dikategorikan rawan longsor berada di Kecamatan Piyungan, Dlingo, Pleret, dan Imogiri. Di Kabupaten Kulonprogo, arena rawan longsor terdapat di Kecamatan Pengasih, Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang, dan Kokap. Di wilayah Kabupaten Sleman, hanya satu kecamatan saja yang dikategorikan sebagai daerah rawan longsor, yaitu Kecamatan Prambanan. Sedangkan untuk wilayah Kota Yogyakarta masih dikategorikan sebagai area yang relatif aman dari tanah longsor. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home