Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 16:31 WIB | Kamis, 04 Juli 2019

BPPT Siapkan Tiga Skenario Modifikasi Cuaca Atasi Polusi Udara Jakarta

Gedung-gedung tinggi di Jakarta berselimut asap polusi udara pada Selasa (17/7/2018). (Foto: Dok. satuharapan.com/Antaranews.com/Muhammad Adimaja)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)  menyiapkan tiga skenario Teknik Modifikasi Cuaca (TMC), guna mengatasi tingginya polusi udara DKI Jakarta.

BPPT melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC), akan menerapkan tiga skenario kegiatan TMC, khusus mengatasi pencemaran udara yang disebabkan kegiatan perekonomian di DKI Jakarta tersebut pada pertengahan Juli 2019.

“TMC untuk mengatasi pencemaran udara yang disebabkan kegiatan perekonomian baru pertama kali dilaksanakan. Gubernur DKI Jakarta sudah beri lampu hijau dan meminta agar TMC dilaksanakan paling cepat setelah tanggal 10 Juli, dan paling lambat sebelum periode anak sekolah masuk pascalibur,” kata Kepala BPPT Hammam Riza melalui siaran pers diterima di Jakarta, Kamis (4/7).

Operasi modifikasi cuaca di Ibukota, akan didukung TNI-AU dari skadron 4 Lanud Abdurachman Saleh Malang dengan menyiapkan armada CASA.

“Pihak TNI sudah sampaikan siap mendukung penuh. Kami akan terus berkoordinasi dengan perbagai pihak untuk kelancaran pelaksanannya nanti,” kata Hammam.

Kepala BBTMC Tri Handoko Seto mengatakan, teknologi modifikasi cuaca antisipasi pencemaran udara di perkotaan ini berbeda dengan operasi modifikasi cuaca untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Beberapa negara seperti Thailand, China, Korea Selatan dan India, sudah menerapkan TMC untuk mengatasi pencemaran udara perkotaan.

”Pada 2015 Thailand telah berhasil melakukan uji coba untuk mengendalikan pencemaran udara di Kota Bangkok, dengan menggunakan metode cloud seeding dan menghilangkan lapisan inversi,” katanya.

Demikian pula India, lanjut Tri Handoko Seto, berupaya mengatasi polusi yang cukup parah di Kota New Delhi, dengan menerapkan hujan buatan dengan metode menyebarkan bahan kimia dari pesawat. Sementara China jauh lebih maju dibanding Korea Selatan dalam teknologi modifikasi cuaca, dengan menciptakan hujan di atas perairan antarnegara, yang akan membantu mengurangi polusi udara.

"Negara-negara tersebut, berjuang mengatasi polusi udara dengan cara mengendalikan cuaca itu sendiri,” katanya.

Di Indonesia, kata Seto, BBTMC menawarkan tiga skenario teknologi modifikasi cuaca untuk antisipasi pencemaran udara. Pertama, penyemaian awan dengan garam NaCL akan dilakukan di saat ada awan potensial agar hujan terjadi di wilayah Jakarta, sehingga polutan yang ada di atmosfer Jakarta dan upwind bisa tersapu dan jatuh bersama dengan air hujan.

Metode kedua, jika tidak ada awan potensial, kata Seto, akan dilakukan penghilangan lapisan inversi, yaitu dengan melakukan semai pada lapisan-lapisan inversi dengan menggunakan dry ice, dengan tujuan lapisan tersebut menjadi tidak stabil.

“Lapisan inversi ini menjadi salah satu penghalang bagi polutan untuk terbang secara vertikal, sehingga polutan terakumulasi di permukaan hingga di bawah lapisan inversi,” kata Seto.

Sedangkan skenario ketiga, lanjut Seto, dengan metode water spraying dari darat,  menggunakan alat Ground Mist Generator yang akan ditempatkan di 10 lokasi di daerah upwind.

“Di saat sulit ditemukan awan kita akan lakukan penyemprotan air dengan pesawat dari darat ke atmosfer. Air yang disemprotkan bertujuan untuk mengikat polutan yang ada,” kata dia. (Antaranews.com)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home