Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 11:06 WIB | Sabtu, 01 September 2018

BPPT Tawarkan Inovasi Rumah Tahan Gempa untuk Lombok

Ilustrasi. Rumah berbahan komposit sandwich. (Foto: ttsfpl.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Material (PTM), mencoba menawarkan inovasi rumah tahan gempa. Direktur Pusat Teknologi Material BPPT Mahendra Anggaravidya, mengemukakan, rumah ini konstruksi dan materialnya ramah terhadap gempa.

BPPT menawarkan inovasinya didorong kenyataan guncangan gempa bumi yang melanda Lombok, yang menyisakan banyak kerusakan hunian tempat tinggal dan fasilitas umum. Hingga kini sebagian besar warga masih tinggal di tenda pengungsian.

“Rumah ini disusun per panel. Kalaupun roboh tidak mencelakai penghuni, karena material ringan yang terbuat dari komposit sandwich. Kalaupun ada yang jatuh menimpa berat panel hanya 2 kilogram. Jadi tidak begitu berbahaya,” Mahendra memaparkan di Kantor BPPT, Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Posisi rumah itu, disambung dalam ikatan yang utuh. Jadi, ketika terkena beban gempa, sambungan tersebut tidak tercerai-berai, atau tidak terjadi roboh.

“Bahannya sandwich panel buatan BPPT yang bermitra dengan industri lokal. Dalam hal ini BPPT berperan dalam memformulasikan bahan komposit, lalu menyusun desain dan di produksi massal oleh industri lokal. Jadi ya hampir 80 persen TKDN, tingkat komponen dalam negeri, ujarnya.

Dari uji simulasi beban gempa menunjukkan, setelah simulasi percepatan 2,28 G dalam frekuensi 0,1-10 Hz dengan metode (spectrum) serta kombinasi beban mati, hidup, dan angin, hasil simulasi dan analisis struktur menggunakan SAP2000, menunjukkan struktur tetap aman dengan kombinasi frame dan sandwich.

Meski sifatnya simulasi, PTM BPPT tengah membuat permodelan bertipe 21 dan 36, yang menurut rencana dibawa ke Lombok. Pembangunan rumah komposit ini membutuhkan waktu satu minggu per unit.

Untuk itu kata, Mahendra, dibutuhkan sinergi dari pemangku kepentingan seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk segera dipasang di Lombok. Hal ini penting untuk membuktikan bahwa model rumah tersebut memang kokoh dan layak huni di wilayah gempa.

“Selain itu juga kami inginkan ada dukungan khusus yang sifatnya pendanaan, khususnya untuk memperbanyak jumlah unit yang akan dijadikan bantuan,” ia menambahkan.

Satu unit rumah, menurut perinciannya, membutuhkan anggaran sekitar 40 jutaan untuk rumah komposit tipe 21. Sedangkan untuk tipe 36 menghabiskan dana 70 jutaan per unitnya.

“Selain kedua tipe tersebut, kami juga bisa membuat ukuran yang di kustom. Biaya per meternya dua jutaan. Bisa untuk ukuran besar untuk pembuatan fasilitas umum seperti puskesmas atau tempat ibadah,” katanya.

Mahendra dan timnya meyakini rumah komposit ini harusnya dapat menjadi model untuk diterapkan di wilayah rawan gempa.

“Rumah komposit inovasi BPPT ini patut menjadi perhatian pemangku kepentingan. Agar dapat diperbanyak di wilayah rawan gempa di seluruh Indonesia,” katanya.

Unit rumah komposit inovasi BPPT ini sudah dipasang dan diserahterimakan di Pemkot Bogor, di Kelurahan Pasir Jaya. Sebagai mitra adalah BPBD Kota Bogor, yang bertujuan untuk memiliki wilayah tanggap bencana dalam bentuk hunian sementara, yakni dua unit rumah tipe 3 x 4 dan 5 x 6. Saat ini rumah tersebut masih kokoh dan difungsikan sebagai fasilitas umum oleh pemerintah setempat. (bppt.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home