Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 22:10 WIB | Selasa, 28 April 2020

Brasil Diperkirakan Jadi Hot Spot Baru COVID-19

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, ditanyai tentang berapa jumlah kasus virus corona baru di negaranya. (Foto: dok. AFP)

RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM-Brasil disebut sebagai tempat yang berpotensi menjadi hot spot (pusat penyebaran) berikutnya untuk virus corona di tengah desakan pada Presiden Jair Bolsonaro yang melihat wabah itu hanya "flu kecil," dan tidak perlu adanya pembatasan keras untuk memperlambat penyebaran infeksi seperti di Eropa dan Amerika Serikat.

Ketika beberapa negara bagian AS dan negara-negara Eropa bergerak secara bertahap pada Senin (27/4) untuk mengurangi pembatasan pergerakan dan perdagangan mereka, wabah meningkat di Brasil, negara terbesar di Amerika Latin berpenduduk 211 juta orang. Hal itu  membuat beberapa rumah sakit tak bisa menampung, dan dengan tanda-tanda bahwa semakin banyak korban sekarat di rumah.

"Kami memiliki semua kondisi di sini untuk pandemi menjadi jauh lebih serius," kata Paulo Brandao, seorang ahli virus di Universitas Sao Paulo.

Brasil secara resmi melaporkan sekitar 4.500 kematian dan hampir 67.000 orang terinfeksi yang dikonfirmasi. Tetapi jumlah sebenarnya di sana, seperti di banyak negara lain, diyakini jauh lebih tinggi mengingat kurangnya tes dan banyak orang tanpa gejala parah yang belum mencari perawatan di rumah sakit.

Beberapa ilmuwan mengatakan lebih dari satu juta di Brasil mungkin terinfeksi. Negara ini menuju musim dingin yang dapat memperburuk situasi akibat penyakit pernapasan ini.

Di seluruh dunia, jumlah kematian mencapai 210.000 orang , menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins. Jumlah yang tewas di AS melampaui 55.000 orang (bandingkan dengan hampir 58.000 tentara AS terbunuh selama Perang Vietnam). Italia, Inggris, Spanyol, dan Prancis masing-masing mencatat lebih dari 20.000 kematian.

Rumah Sakit Kewalahan

Bolsonaro membantah keseriusan pandemi virus corona dan mengatakan orang perlu melanjutkan hidup mereka untuk mencegah krisis ekonomi. Tetapi sebagian besar gubernur negara bagian di negara itu telah menerapkan pembatasan untuk memperlambat penyebaran dan mendorong orang untuk tinggal di rumah.

Pada pertengahan April, Bolsonaro memecat menteri kesehatannya setelah serangkaian ketidaksepakatan mengenai upaya penanggulangan virus, menggantikannya dengan seorang advokat untuk membuka kembali perekonomian. Penduduk memprotes, membuka jendela mereka untuk menggedor memukuli panci dan wajan.

Para pejabat medis di Rio de Janeiro dan setidaknya empat kota besar lainnya telah memperingatkan bahwa sistem rumah sakit mereka berada di ambang kehancuran, atau terlalu kewalahan untuk menampung pasien lagi.

Pejabat di Sao Paulo, kota terbesar di Amerika Selatan, daerah metropolitan yang padat dengan penduduk lebih dari 21 juta jiwa, banyak yang hidup dalam kemiskinan, telah mengeluarkan sertifikat kematian selama dua pekan terakhir untuk 236 orang. Mereka meninggal di rumah, dan jumlahnya dua kali lipat dari jumlah sebelum wabah, menurut layanan paramedis SAMU.

Manaus, sebuah kota Amazon dengan  penduduk 1,8 juta jiwa, mencatat 142 kematian pada hari Minggu (26/4), yang paling banyak, termasuk 41 yang meninggal di rumah. Di pemakaman utama, para pekerja telah menggali kuburan massal. Industri pemakaman Brasil memperingatkan pada pekan lalu bahwa kota itu kehabisan peti mati dan "akan segera ada mayat yang tertinggal di sudut-sudut."

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home