Loading...
INSPIRASI
Penulis: Setyo Utomo 00:00 WIB | Minggu, 09 Februari 2014

Bubrah

Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM –  Bubrah. Rusak. Ajur-ajuran. Banyak lagi istilah untuk menggambarkan relasi yang tidak baik. Agaknya munculnya banyak istilah itu disebabkan semakin seringnya manusia gagal dalam berhubungan dengan sesamanya. Namun, bukan berarti tidak ada yang berhasil. Kata-kata seperti rukun, tentrem, ayem, sumanak menggambarkan bagaimana manusia telah berjuang dan mendapatkan hasil yang baik.

Konflik antarmanusia memang sudah ada sejak awal penciptaan. Sejak dunia dicipta segala sesuatu berada dalam relasi yang tidak semestinya. Segala sesuatu bercampur aduk jadi satu. Semuanya serba gelap dan membingungkan. Kehadiran terang menjadikan segala sesuatu bisa terlihat secara jelas. Semua jadi jelas diurai dan diatasi. Maka setelah terang ada, Allah memisahkan terang dan gelap, air dan daratan. Dan untuk semuanya itu Allah menyatakan ”sungguh amat baik”.

Namun, situasi itu tak berlangsung lama. Manusia yang ditetapkan sebagai mandataris Allah untuk menjaga keharmonisan hidup ternyata gagal. Kehendak bebas dan dorongan-dorongan kuasa lain telah mempengaruhi hidup manusia, sehingga manusia akhirnya justru menjadi sebab terjadinya ketidakharmonisan. Kisah saling menyalahkan antara Adam dan Hawa dilanjutkan dengan kisah kegagalan menjaga hubungan antarsaudara—Kain membunuh Habil. Dan kisah itu terus berlanjut hingga kini.

Namun demikian, harapan selalu ada untuk menggapai situasi ayem, tentrem, dan sumanak. Allah, Sang Raja Damai, telah berdamai dengan manusia melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Semuanya itu bertujuan agar manusia pun belajar berdamai satu dengan lainnya. Dan inilah yang akan membuat mereka disebut sebagai anak-anak-Nya.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home