Loading...
BUDAYA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 16:36 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

Cambio: Cara Susan Budihardjo Lahirkan 36 Desainer Baru

Cambio: Cara Susan Budihardjo Lahirkan 36 Desainer Baru
Beberapa karya lulusan LBTP Susan Budihardjo yang dipamerkan di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan, hari Kamis (19/1). (Foto-foto: Diah A.R)
Cambio: Cara Susan Budihardjo Lahirkan 36 Desainer Baru
Desainer Susan Budihardjo.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo (LPTB Susan Budihardjo) telah melahirkan bibit-bibit desainer baru sebanyak 36 orang dari angkatan 2016. Untuk lulus dari sekolah desain, Susan Budihardjo memberikan tema ujian akhir bagi muridnya yaitu “cambio”.

“Cambio atau perubahan di sini bisa diartikan sebagai bentuk garapan baru dalam berbagai hal, termasuk kecenderungan arah mode belakanang ini. Orisinalitas dan kreativitas yang tinggi dan menjadi syarat utama dalam menggarap Cambio,” kata Susan di acara wisuda yang digelar di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan, hari Kamis (19/1).

“Teknik potong, teknik jahit, bentuk siluet pakaian, pilihan bahan, sampai gaya padu padan busana, sebagai bekal ilmu yang telah didapat selama pendidikan menjadi penunjang penciptaan karya para perancang muda ini semakin sempurna.”

Sebagai tugas akhir masa belajar, kata dia, setiap siswa diberi kebebasan luas untuk menyiapkan koleksi rancangan yang dikembangkan dari pemikiran tentang ‘perubahan’ itu. Dia menginginkan setiap siswa mengambil makna perubahan dari kacamata pribadi mereka sendiri.

Calon perancang muda ini dituntut untuk menggali, mengasah rasa dan terus mengeksplorasi beragam bahan dan elemen busana hingga mendapatkan filosofi dari sebuah perubahan. Menurutnya, karya yang baik bisa menyita perhatian karena memiliki sisi inovasi.

Sebagai apresiasi, 13 lulusan terbaik mendapatkan piala berbentuk torso dari bahan nikel yang menjadi ciri khas sekolah dan berkesempatan untuk menampilkan masing-masing lima karya terbaik mereka dalam bentuk peragaan dan satu karya dipamerkan di depan area tempat wisuda.

Ada tiga subtema cambio yang dipamerkan, yaitu Cambio Worker yang mewakili busana pekerja lapangan dengan gaya muda seiring perkembangan zaman. Model bajunya diaplikasikan dengan gaya unfinished dengan bahan jaring, katun, jeans atau bahan dilipit/plats. Jaket, rok jumper, terusan, blus tanpa lengan, cropped jacket dan rok panjang menerjemahkan busana yang mengutamakan keleluasaan gerak pada koleksi.

Warna kuning lemon yang dipadankan dengan berani pada deretan warna biru terang. Warna baby pink menjadi imbuhan manis di tengah warna tersebut. Selain itu aksesori kacamata super besar, kacamata las, serta sentuhan cat akrilik berwarna dusty pink dan putih yang disapukan di atas busana menjadi penguat penampilan.

Subtema yang kedua adalah Cambio Safari. Pemecahan pola dan potongan yang melawan kelaziman busana ala safari. Saku klep khas safari kini dibubuhkan di atas rok midi dengan pemanis bulu-bulu sintetis. Kemeja yang ditawarkan bergaris tegas namun beraroma feminin. Koleksi juga diramaikan dengan kulot, rok panjang, palazzo, jumper, celana ¾ dan celana panjang.

Bukan hanya ragam potongan yang ramai, beragam bahan pun ikut berpadu seperti drill, kanvas, katun, suede, satin, jeans bahkan lurik dalam rentang warna alam seperti beige, krem, khaki coklat army dan hitam.

Tak lupa sebagai pemanis, sepatu berhias bulu-bulu pun melengkapi penampilan gaya Cambio Safari.

Kemudian, subtema ketiga adalah Cambio Office. Setelan busana kantor kini tidak lagi sesempit rok pensil yang berpadu blazer. Baju untuk luaran telah berkembang menjadi jaket bomber, vest kimono, outer mini, blazer gigantis yang cocok dipadu dengan aneka macam kemeja berkerah tinggi, blus berkerah dobel dan berpadan cantik dengan rok lurus, celana panjang, celana cutbrai hingga kulot. Varian biru menjadi warna paling dominan dalam koleksi ini.

Aksesori pendukung Cambio Office adalah topi, kacamata, decker, tas dan sepatu. Sapuan cat akrilik pun menjadi benang merah tema Cambio Office.

Bersaing di Era Digital

Susan mengakui seiring perkembangan zaman, perubahan cara belajar-mengajar juga turut menjadi tantangan tersendiri baginya. Di era modern dan digital seperti sekarang ini, kebanyakan siswa ingin tampil lebih instan dan praktis. Namun, ia tetap mengakui hasil akhir yang dihasilkan tetap memuaskan.

Menurutnya, dengan inovasi dan sering berkomunikasi dengan pengajar, kurikulum yang dihasilkan sebagai bahan belajar murid-muridnya tidak akan kalah dengan sekolah fashion atau mode dari luar negeri yang buka cabang di Indonesia.

Dia berharap kepada desainer lulusan LPTB Susan Budihardjo yang baru lulus bisa berdiri sendiri dan mencari pengalaman yang lebih banyak lagi di bidang fashion untuk menambah jam terbang. Untuk membantu wisudawan yang baru lulus, LPTB Susan Budihardjo juga memiliki clothing line yang berpusat di Bali yang akan menjadi jembatan mereka untuk ‘bertempur’ dengan pasar, yaitu ACAKACAK.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home